JAKARTA – Proyek pembangkit listrik akan menjadi fokus utama PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) pada tahun ini. Sebagian besar atau sekitar 70% belanja modal yang mencapai US$ 60 juta-65 juta dialokasikan untuk proyek tersebut. Sisanya untuk sektor pertambangan.

“Capex sebagian besar akan dialokasikan untuk proyek listrik di Gorontalo. Itu yang sedang berjalan. Financial close-nya tahun ini. Kuartal pertama perseroan juga melakukan penandatangan dengan PLN untuk PPA proyek PLTU yang kedua 2×60 megawatt (MW) di Minahasa Utara,” kata Iwan Sanyoto, Head of Investor Relation Toba Bara di Jakarta, Jumat (26/5).

Toba Bara melalui anak usahanya, PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP), menggarap proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2×50 MW di Gorontalo, Sulawesi Bagian Utara.

Penandatanganan Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero) telah dilakukan pada 14 Juli 2016. PPA tersebut merupakan hasil dari proses tender.

Proyek Sulbagut I dengan masa kontrak 25 tahun dikerjakan oleh konsorsium yang bernaung dibawah GLP, yang 60% sahamnya dimiliki Toba Bara. Adapun anggota konsorsium lainnya adalah PT Toba Sejahtra (20%) dan Shanghai Electric Power Construction Co. Ltd (20%).

Setelah menandatangani PPA, GLP akan menjalankan proses untuk pemenuhan tanggal pembiayaan (Financing Date) dan tanggal operasi komersial (Commercial Operation Date) sesuai dengan kontrak PPA.

Proyek PLTU didanai kombinasi antara kas internal perseroan dan pinjaman bank. Perseroan menyatakan pembangunan pembangkit listrik ini mendukung usaha utama Perseroan, yaitu pertambangan batu bara.

“Tahun ini perseroan merencanakan produksi batu bara sebesar 5 juta-6 juta ton,” kata Iwan.(RA)