BENGKALIS  – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan telah berdampak positif pada penurunan luas lahan yang terbakar di Riau. Jika pada 2015 luas lahan yang terbakar mencapai 185 ribu hektar, maka pada tahun ini hingga September 2017 luas lahan yang terbakar tinggal 6.800 hektar.

MR Karliansyah,   Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, mengatakan kebakaran hutan merupakan musibah luar biasa yang harus ditanggulangi bersama.
“Generasi muda kita menghirup udara yang tidak bagus. Padahal mereka punya hak yang sama.  Untuk itu harus dibuat upaya pencegahan kebakaran hutan yang lebih baik,” ujar Karliansyah saat acara Sarasehan Bersama Mitra Binaan dan Stakeholder di Pertamina Refinery Unit (RU)  II Sei Pakning, Bengkalis, Riau, Rabu (18/10).
Karliansyah mengapresiasi langkah yang dilakukan Pertamina RU II Sei Pakning yang merangkul masyarakat untuk menanggulangi bersama kebakaran hutan sekaligus meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
“Masyarakat pasti akan membantu jika mereka mendapat manfaat yang nyata,” tegas Karliansyah.
Setelah bencana kebakaran lahan dan hutan seluas enam hektar di Sungai (Sei) Pakning tahun 2012 – 2014, Pertamina RU II  Sei Pakning mendorong keterlibatan masyarakat melakukan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan, agar musibah tidak terulang kembali.

 

Isu ini menjadi perhatian dunia sejak beberapa tahun belakangan, Indonesia yang diharapkan menjadi produsen karbon dunia, dihadapkan pada permasalahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang muncul di beberapa wilayah seperti Sumatera, termasuk di wilayah Sei Pakning di Provinsi Riau.

Otto Gerentaka, Pertamina RU II, mengatakan faktor alam dan keterbatasan sarana dan prasarana pemadaman api di wilayah Sei Pakning, mengakibatkan rawannya terjadi kebakaran lahan dan hutan. Sebagai korporasi yang beroperasi di sekitarnya,

Pertamina menilai masyarakat membutuhkan bantuan untuk mengatasi tinggi potensi kebakaran.

Menurut Otto, masyarakat dengan keterbatasan kapasitas tidak bisa berbuat banyak melihat lahan atau hutan di sekitarnya dilanda kebakaran.

“Menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, kami hadir untuk membantu masyarakat sebagai wujud tanggung jawab sosial Pertamina dengan melibatkan seluruh komponen,” kata Otto.

Menurut Otto, sejak 2015 Pertamina RU II Sei Pakning mendorong upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan di wilayah Bukit Batu melalui program Corporate Social Responsibility. Selama dua tahun terakhir, Pertamina melakukan pendampingan kelompok tani melalui pemberdayaan masyarakat dengan mengalihfungsi lahan semak belukar yang merupakan bekas area kebakaran lahan dan hutan untuk ditanami nanas.

Upaya pencegahan kebakaran hutan dengan alihfungsi teresebut semakin maksimal, karena masyarakat juga diberikan ketrampilan pengolahan makanan dari bahan baku Nanas.

“Pertamina RU II melalui implementasi Program CSR yang berkelanjutan, berkomitmen untuk meningkatkan kemandirian masyarakat lokal melalui pemanfaatan potensi setempat. Upaya Mitigasi Karhutla Berbasis Pemberdayaan Masyarakat kami harapkan dapat menjadi solusi dalam pemanfaatan perhutanan sosial sebagai sumber daya ekonomi masyarakat,”jelas Otto.

Kini, masyarakat menjadi lebih termotivasi untuk mengalihfungsi lahan semak menjadi pertanian nanas karena adanya nilai tambah yang didapatkan.

Selain itu, upaya ini juga menjadi insentif tambahan bagi Masyarakat Peduli Api (MPA) Kelurahan Sei Pakning untuk semakin rutin menggelar patroli api.(AT)