JAKARTA – Musim kemarau panjang disebut sebagai faktor alam yang mempengaruhi kinerja produksi PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum pada 2017. Produksi Inalum tahun lalu sebesar 218.816 ton aluminium, turun 10,9% dibanding produksi 2016 sebesar 245.483 ton.

“Musim kemarau panjang di daerah tangkapan air danau toba yang merupakan fenomena alam tidak biasa menyebabkan penurunan tinggi muka air Danau Toba,” kata Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum di Jakarta, Senin (29/1).

Penurunan produksi juga diikuti oleh penurunan penjualan. Jika pada 2016 Inalum sukses mencatatkan penjualan 247.994 ton, maka pada 2017 total penjualan hanya 207.777 ton. Realisasi produksi dan penjualan 2017 merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir.

Pada 2013 produksi Inalum sebesar 256.602 ton dan volume penjualan mencapai 260.561 ton. Pada tahun berikutnya, produksi naik menjadi sebesar 264.474 ton dan volume penjualan mencapai 270.122 ton. Pada 2015, realisasi produksi turun menjadi 257.149 ton dan penjualan 256.622 ton.

Menurut Budi, keadaan pada tahun ini akan berbalik, karena berdasarkan perkiraan akan terjadi perbaikan produksi. Faktor alam kembali menjadi pendorong peningkatan produksi seiring tinggi muka air danau sudah mulai menunjukkan tren positif.

“Tinggi air Danau Toba sudah mulai menunjukkan tren positif sejak awal November 2017,” kata dia.

Inalum memproyeksikan produksi pada tahun ini akan lebih tinggi dibanding 2017 seiring makin tingginya muka air di Danau Toba.

Pada tahun ini Inalum juga akan meneruskan aksi korporasi pengembangan usaha dan investasi. Investasi ditargetkan akan terus meningkat seiring dengan posisi Inalum sekarang sebagai induk dari holding BUMN tambang.

Salah satu proyek yang tengah dikerjakan adalah pembangunan smelter grade alumunia berkapasitas satu juta ton per annum di Menpawah, Kalimantan Barat.

Proyek tersebut akan digarap bersama dengan anggota holding, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) serta dengan pihak ketiga dengan total investasi mencapai US$ 700 juta. Kemudian ada ekspansi smelter berkapasitas 200 ribu ton per annum. Proyek itu diperkirakan akan menyerap investasi sebesar US$ 691 juta.(RI)