produksi timah laut

JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara di sektor pertambangan timah, menargetkan volume penjualan logam timah sebesar 35.550 metrik ton pada tahun ini, naik 33,3 persen dibanding realisasi penjualan 2016 sebesar 26.670 metrik ton.

Selain volume penjualan, Timah dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 menargetkan produksi bijih timah sebesar 35.100 ton dan produksi logam timah 35.550.

“Perseroan juga menargetkan peningkatan produksi dan penjualan produk-produk hilir timah, seperti tin solder dan tin chemical. Serta pengembangan rare earth element (REE) di masa mendatang,” kata M Riza Pahlevi Tabrani, Direktur Utama Timah.

Pada 2016, Timah memproduksi bijih timah 24.121 metrik ton, turun 8,4 persen dibanding 2015 sebesar 26.361 ton. Produksi bijih timah perseroan berasal dari produksi darat 7.125 metrik ton dan produksi laut 16.996 metrik ton.

Di sisi lain, penjualan logam timah turun 11,35 persen menjadi 26.670 metrik ton dibanding penjualan 2015 sebesar 30.087 metrik ton. Sementara itu, produksi logam timah 23.560 ton, turun dibanding tahun sebelumnya 27.431 ton.

Untuk mendukung target peningkatan produksi dan penjualan, Timah akan menambah jumlah kapal isap. Penambahan kapal isap juga bertujuan agar kekurangan pasokan bahan baku pasir timah yang terjadi pada 2015 tidak terulang. Timah berencana membeli enam unit kapal hisap. Saat ini perseroan memiliki 20 kapal isap.

Selain itu, Timah akan mengembangkan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) timah hingga berkapasitas 30 ribu ton per tahun. Untuk pengembangan smelter dialokasikan dana Rp600 miliar. Pembangunan smelter diproyeksikan memakan waktu 18 bulan.

“Perseroan menganggarkan belanja modal konsolidasi Rp2,65 triliun, sebesar Rp2,3 triliun di antaranya untuk usaha pertimahan dan Rp350 miliar untuk investasi anak usaha,” ungkap Riza dalam laporan tahunan perseroan.

Menurut Riza, Timah akan melanjutkan program efisiensi. Tidak hanya pada lini produksi dan operasional, efisiensi juga diterapkan pada seluruh rantai kegiatan produksi.

Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja adalah terus mengintensifkan kegiatan eksplorasi untuk memperbaiki neraca cadangan timah.

“Selain itu, melanjutkan berbagai inovasi untuk menyempurnakan teknologi pengolahan bijih dalam rangka meningkatkan recovery, sehingga operasi penambangan menjadi semakin optimal dan efisien,” ungkap dia.(AT)