JAKARTA – Pengoperasian Gardu Induk (GI) 150 kV Jayapura, GI 150 kV Holtekamp dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Holtekamp-Jayapura membuat PT PLN (Persero) bisa mengoperasikan pembangkit listrik tenaga gas (PLTMG) Jayapura dengan optimal. Seiring dengan itu. PLN memperkirakan bisa menghemat biaya produksi listrik hingga Rp 8,7 miliar per bulan.

“Potensi penghematan ini dihitung berdasarkan penurunan specific fuel consumption dan penghentian mesin sewa dari sistem kelistrikan Jayapura,” kata Ahmad Rofiq, Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua PLN, Jumat (24/8).

PLTG Jayapura sebelumnya hanya dapat memproduksi listrik sebesar 30 megawatt (MW) dari kapasitas terpasang 50 MW karena jaringan transmisi dan distribusi yang menyalurkan listrik ke warga masih belum siap.

Ketiga infastruktur yang baru beroperasi tersebut juga dapat menyalurkan listrik dari PLTMG Jayapura Peaker 40 MW yang kini sedang dalam proses pembangunan.

Menurut Ahmad, mengatakan tambahan suplai listrik dapat disalurkan untuk penambahan daya pasang baru atau pasang sementara bagi rumah tangga dan industri. Jumlah rumah tangga yang dilistriki tercatat 600 ribu pelanggan yang mencakup sistem Jayapura, Sentani dan Genyem.

PLN mencatat, pembangunan ketiga infrastruktur tersebut dibangun dalam kurun waktu dua tahun memakan biaya investasi sebesar Rp 341 miliar dengan sumber dana berasal dari anggaran PLN.

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Holtekamp-Jayapura mulai dioperasikan Jumat (24/8).

Pemerintah telah meresmikan beroperasinya GI Jayapura dan SUTT 70 kV Holtekamp-Jayapura. GI Jayapura mendapat tambahan trafo 150 kV, sedangkan SUTT 70 kV Holtekamp-Jayapura mendapat tambahan insulator dan konduktor tegangan 150 kV. Pengoperasian tiga infrastruktur kelistrikan di Jayapura, Papua tersebut diresmikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini M. Soemarno, Jumat.

“Ketiga infrastruktur tersebut akan menyalurkan listrik yang dihasilkan pembangkit sehingga semakin banyak warga yang bisa menikmati listrik dan pada akhirnya bisa mendorong kesejahteraan masyarakat,” kata Rini dalam keterangan tertulisnya.

Keberadaan gardu induk dan SUTT 150 KV diharapkan bisa meningkatkan rasio elektrifikasi Papua dan nasional. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Papua dan Papua Barat tercatat di level 53,2% dan merupakan provinsi dengan rasio elektrifikasi terendah di Indonesia.

Rini mengatakan keberadaan infrastruktur tersebut sangat penting bagi penyaluran listrik di Papua. Sebagai BUMN yang bertanggung jawab bagi kelistrikan di Tanah Air, PLN terus mendorong agar PLN terus meningkatkan perbaikan infrastruktur kelistrikan karena listrik merupakan kebutuhan dasar masyarakat.

“Tak hanya untuk melistriki warga, semakin handalnya listrik di Jayapura diharapkan bisa menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru dan memudahkan investor yang ingin berinvestasi di Papua,” tandas Rini.(AT)