JAKARTA– Tiga anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), perusahaan tambang batubara yang mayoritas sahamnya dimiliki perusahaan asal Thailand, Banpu Plc, memproyeksikan peningkatan produksi pada kuartal II 2018 dibandingkan realisasi kuartal I 2018 seiring kenaikan harga batubara global. Indo Tambangraya memproyeksikan produksi di kuartal II mencapai 5,1 juta ton.

Dalam keterbukaan informasi di laman perseroan, PT Indominco Mandiri, anak usaha Indo Tambangraya dengan produksi terbesar, memproyeksikan produksi pada periode April-Juni 2018 sebesar 2,9 juta ton dari periode Januari-Maret yang hanya 2,3 juta ton. Rasio pengupasan atau stripping ratio juga naik dari 11,9 juta 12,2.

Sementara itu, Melak Group melalui dua perusahaan, yaitu PT Trubaindo Coal Mining dan PT Bharinto Ekatama memproyeksikan kenaikan produksi di kuartal II menjadi 1,7 juta ton dari realisasi di kuartal I sebesar 1,5 juta ton. Adapun dua anak usaha lainnya, yaitu PT Kitadin Embalut dan PT Jorong Barutama Greston diproyeksikan produksi tetap di level 200 ribu ton dan 300 ribu ton, sama seperti di kuartal I.

Dari sisi cadangan, hingga kuartal I 2018, Indominco memiliki cadangan batubara terbesar 68 juta ton, disusul Trubaindo 37 juta ton, Bharinto 136 juta ton dan Kitadin, Jorong, dan PT Tepian Indah Sukses (TIS) masing-masing sebesar 3 juta ton, 6 juta ton dan 5 juta ton.

Sementara itu, sumber daya tambang batubara Indominco terbesar, yaitu 684 juta ton, disusul Bharinto 417 juta ton, Trubaindo 384 juta ton, Kitadin 101 juta ton, Jorong 40 juta ton, dan TIS 5 juta ton. Tambang Indo Tambangraya Megah memiliki kalori tinggi. Terbesar adalah tambang Trubaindo, yaitu 6.500-7.300 kcal/kg.

Sepanjang tahun ini, Indominco dari target produksi 22,5 juta ton, Indominco terbesar, yaitu 13,1 juta ton. Disusul Trubaindo 4,6 juta ton dan Bharinto 2,7 juta ton, Sisanya dari Jorong 1,1 juta ton dan Kitadin Embalut 1 juta ton.

Sepanjang kuarta I 2018, Indo Tambangraya mempertahankan kinerja keuangan yang kuat . Perusahaan membukukan kenaikan tipis laba bersih dibandingkan laba bersih yang diperoleh pada triwulan pertama tahun lalu. Kinerja yang kukuh ini tercapai di tengah produksi yang menurun akibat hujan yang ekstrem.

Laba bersih tercatat US$ 58 juta, naik 2% dibandingkan periode saa 2017 sebesar US$ 57 juta. Rata-rata harga jual batu bara pada periode Januari-Maret 2018 US$83,6 per ton, naik 24% dari US$67,5 per ton pada periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan rata-rata harga batu bara global disebabkan oleh permintaan yang meningkat terutama di China karena pasokan dalam negeri yang terbatas yang berlanjut sampai awal tahun ini. Perusahaan membukukan penjualan bersih sebesar US$ 379 juta, naik 3% dari US$368 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Adapun penjualan batubara Indo Tambangraya terbesar ke Jepang 20% atau setara 900 ribu ton, menyusul China 16% atau 700 ribu ton dan Filipina 12% atau sekitar 500-an ribu ton. Sisanya untuk India 10% atau 400 ribu ton, Thailand 6% dan Korea Selatan sebesar 6% atau sekitar 300 ribu ton, Vietnam 4% atau 200 ribu ton serta Taiwan, Italia, dan Hong Kong masing-masing 3%. Adapun untuk kebutuhan domestik, pasokan batubara Indo Tambangraya mencapai 11% atau di level 500 ribuan ton. (DR)