JAKARTA – Pemerintah dinilai bisa mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar pada saat ini di tengah tren harga minyak dunia yang masih berada di level rendah. Satya W Yudha, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan pencabutan subsidi bisa mengurangi beban negara yang terdampak akibat harga minyak yang turun. Pasalnya, pendapatan negara dari sektor migas, pajak dan sektor lainnya turun.

“Jadi apabila tanpa menambah harga solar saat ini, saya pikir langkah yang tepat. Saat harga minyak dunia turun,” kata dia, Kamis (14/4).

Menurut Satya, yang harus dijelaskan pemerintah adalah pencabutan subidi solar diperuntukan untuk apa. Apalagi, Presiden Joko Widodo mengatakan akan memotong anggaran hingga Rp 50 triliun dan memangkas belanja-belanja yang tidak produktif.

“Nah akan ada tambahan dari pencabutan subsidi solar ini. Yang penting pemerintah harus bisa menjelaskan pemanfaatannya,” tegas Satya.

Rencana pencabutan subsidi solar mencuat seiring pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016 pada Mei mendatang.

Anggota Komisi VII lainnya, Dito Ganinduto, mengatakan jika jadi diajukan saat pembahasan APBNP dan  dihilangkan subsidinya, DPR akan melihat apakah akan berpengaruh terhadap harga saat ini.

“Kalau subsidi dihilangkan harga solar tidak naik, ya tidak apa-apa. Intinya selama tidak memberatkan masyarakat, kami tidak masalah,” kata dia.

Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan ada dukungan dari DPR untuk melepas harga solar ke tingkat keekonomian. “Beberapa anggota Komisi VII juga meminta apakah dimungkinkan harga solar dilepas ke harga keekonomian, namun tetap harus perhatikan semua aspek,” katanya.

Menurut Sudirman, Kementerian ESDM akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Keungan mengenai pergeseran subsidi solar. “Kita lihat juga apakah dari Kementerian Keuangan dimungkinkan untuk melalukan pergeseran subsidi karena harus dihitung juga,” tandasnya.

Terendah

Harga solar di Indonesia ternyata menjadi yang termurah kedua di antara negara-negara di kawasan ASEAN. Dari Kementerian ESDM menyebutkan harga solar saat ini Rp 5.650 per liter hanya lebih mahal dari Malaysia dipatok Rp 4.293 per liter. Sementara Filipina dan Vietnam masing-masing mematok harga solar Rp 5.720 dan Rp 6.500 per liter. Namun harga solar di Indonesia saat ini masih disubsidi pemerintah.

Laos yang notabene ekonominya masih dibawah Indonesia justru harga solarnya mencapai Rp 11.050 per liter, lebih mahal dari Singapura yang dipatok Rp 9.280 per liter. Kamboja dan Thailand tercatat menjual solar seharga Rp 8.580 dan Rp 8.281 per liter.(RI)