JAKARTA – Mekanisme pajak yang harus ditanggung untuk membawa produksi minyak dari Rusia ke luar negeri menganjal rencana PT Pertamina (Persero) untuk mengakuisisi dua lapangan minyak Rosneft.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan Pertamina sudah membicarakan perihal perpajakan dengan Rosneft, namun hingga saat ini belum ada titik terang kesepakatan antara kedua perusahaan.

“Kelihatannya kita kesulitan di area pajak. Pajak kalau bawa minyak disana kita juga kena. Disini juga dikenakan tax. Jadi keekonomian kita tidak bisa masuk karena value-nya kita harus tambahkan,” kata Syamsu seusai paparan kinerja Pertamina semester I 2017 di Jakarta, Rabu (16/8).

Menurut Syamsu, Pertamina sudah tidak terlalu berambisi untuk mengakuisisi dua lapangan yang ditawarkan Rosneft. Apalagi kedua lapangan yang ditawarkan ke Pertamina juga sudah ditawarkan ke pihak lain.

“Jadi kita sampaikan bahwa untuk yang ini mungkin kita kesulitan untuk bisa melakukan closing. Jadi ya silahkan kalau mereka mau melakukan kesepakatan bisnis dengan yang lain,” tukas dia.

Pertamina sebelumnya berencana k menguasai 20% hak partisipasi di Lapangan North Cahivo di Pulau Shakalind dan ambil bagian dengan mengakuisisi saham Rosneft sebesar 37,5% pada proyek Lapangan Russkoye.

Kedua lapangan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan kerja sama pembangunan kilang baru Pertamina di Tuban, Jawa Timur. Jika kedua lapangan itu akan diambil atau diakuisisi oleh pihak lain maka Pertamina akan mengalihkan target akuisisi ke lapangan migas tidak hanya milik Rosneft tapi juga bisa jadi dengan perusahaan migas asal Rusia lainnya.

“Kalau lapangan itu sudah diambil sama pihak lain. Mungkin kita cari yang lainnya saja, business to business biasa. Nanti kita bicara dengan Lukoil, Rosneft, lapangan mana lagi yang bisa kita dapat peluang untuk masuk kesana,” tandas Syamsu.(RI)