JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN masih belum mau membangun pipa gas dari ruas West Natuna Transportation System (WNTS) ke Pulau Pemping, Kepulauan Riau. Padahal jaringan pipa tersebut merupakan penugasan dari pemerintah sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 6105 K/12/MEM/2016 tanggal 19 Juli 2016. Tujuan penugasan agar pipa berstatus open access, sehingga dapat digunakan masyarakat banyak dengan membayar toll fee yang besarannya ditentukan Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas.

Manajemen PGN berkilah untuk mulai membangun pipa WNTS diperlukan kepastian penyerap atau konsumen gas. Sejak ditetapkan sebagai penugasan ternyata gas yang nantinya mengalir di pipa ini belum memiliki penyerap.

“Pipa itu dibangun untuk mengaliri gas, pertanyaannya gasnya mau kemana, komersial tidak kalau tidak ada yang mau makan gasnya,” kata Jobi saat ditemui Gedung DPR Jakarta, Senin (12/2).

Menurut Jobi, dalam rencana awal gas yang melalui pipa WNTS hingga Pulau Pemping ditujukan untuk pembangkit listrik milik PT PLN (Persero). Namun kondisi saat ini ternyata sistem kelistrikan Pulau Batam mengalami surplus. “Kalau ke Batam hari ini, sepertinya Batam lagi kelebihan supply,” ungkap dia.

Pipa WNTS merupakan pipa yang terhubung dari Blok A Natuna dimana hasil gasnya diekspor ke Singapura. Pemerintah berencana untuk membuat pipa transmisi di antara WNTS dan menyambungnya, untuk membawa gas Natuna kembali ke Indonesia melalui Pulau Pemping di Batam.
Jobi menegaskan dari sisi persiapan perusahaan sebenarnya sudah siap mengerjakan atau melakukan tahapan konstruksi karena study dan persiapan engineering sudah dilakukan. Jika pembeli gas sudah ada maka tidak akan memakan waktu lama bagi PGN untuk segera memulai.

“Engineering sudah segala macam. Paling tidak waktu pengerjannya 15 bulan. Tapi kan tergantung sisi komersial, kalau tidak ada yang mau pakai gasnya bagaimana,” kata Jobi.

Penyaluran gas bumi dari Natuna Barat telah dilakukan oleh Medco (d/h Conoco Phillip) Premiere Oil dan Star Energy sejak 2002, sebagian kecil untuk domestik melalui mekanisme swap dan sebagian besar untuk ekspor dengan tujuan ke Malaysia 250 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan ke Singapura sebesar 325 MMSCFD. Dilanjutkan dengan penyaluran dari Lapangan Gajah Baru ke Singapura pada 2011 sebesar 110 MMSCFD.

Jika pipa WNTS sudah terbangun maka potensi gas yang bisa dialirkan adalah sebesar 55 BBTUD hingga 2029.(RI)