JAKARTA – Sektor hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia ternyata masih menarik bagi investor asing, salah satunya dari India. Beberapa perusahaan dari India mengkaji untuk menanamkan investasi di sejumlah blok migas, khususnya blok yang akan memasuki masa terminasi.

“Ada keinginan dari perusahaan migas India untuk investasi, khususnya di lapangan habis kontrak,” kata Sujatmiko, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Kerjasama Publik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada Dunia Energi, Selasa (9/5).

Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas (SKK Migas), menyebutkan jumlah blok migas yang akan memasuki masa terminasi sekitar 26 blok migas. Blok-blok tersebut akan memasuki masa habis kontrak dalam 10 tahun ke depan.

ONGC Videsh Limited (OVL) adalah salah satu perusahaan yang paling tertarik untuk masuk dalam bisnis hulu migas.
Sujatmiko menambahkan perusahaan nasional India itu juga menyatakan minatnya dalam lelang Wilayah Kerja (WK) migas yang digelar Kementerian ESDM tahun ini.

“Mereka (OVL) memang khusus overseas. Mereka minta informasi, kita undang mereka dan kasih info umum tentang lelang blok baru,” ungkap dia.

Pernyataan minat beberapa perusahaan India untuk berinvestasi di industri migas Indonesia disampaikan dalam lawatan Tim Teknis Kementerian ESDM pekan lalu dalam rangka menindaklanjuti The First Indonesia-India Energy Forum pada tanggal 20 April 2017 di Jakarta.

Tim Teknis Kementerian ESDM terdiri atas tiga tim yaitu tim minyak dan gas (migas), tim mineral dan batu bara (minerba), dan tim Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) serta ketenagalistrikan.
Perwakilan perusahaan BUMN dan swasta nasional juga ikut serta, di antaranya, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dan PT Adaro Energy Tbk.

Selain sektor hulu migas, sektor hilir juga ditaksir. Salah satunya yang paling nyata adalah dengan masuknya Indian Oil Corporation Ltd, sebagai kandidat mitra Pertamina dalam proyek pembangunan Kilang Bontang dan ikut mengkaji untuk masuk dalam bisnis kilang.

Menurut Sujatmiko, pemerintah menyambut baik keikutsertaan perusahaan India dalam bisnis kilang, karena tidak hanya investasi operasional yang dilakukan melainkan juga ada transfer teknologi dan ilmu pengetahuan. Indonesia bisa banyak belajar dari industri kilang minyak India yang lebih maju dalam hal mengintegrasikan kilang.

“Dari sisi kilang itu mereka teknologinya integrasi antara kilang dan petrochemical, itu kita harus belajar,” ungkap dia.

Selain kilang minyak, kilang LNG juga tidak luput dari minat perusahaan India. Petronet LNG Ltd. (PLL) sepakat untuk menjalin kerja sama dengan Pertamina LNG dalam rangka Research & Development dan implementasinya secara komersial Diesel Dual Fuel (DDL) LNG di India, termasuk juga mengkaji investasi pembangunan kilang mini LNG di Indonesia. “Pengembangan bersama regasifikasi dan storage floating atau land di Indonesia. Mini LNG salah satu bentuk proposal konkritnya,” kata Sujatmiko.(RI)