JAKARTA – Pemerintah harus segera mencari mitra untuk PT Pertamina (Persero) untuk mengelola Blok East Natuna. Selain perusahaan asal Jepang, kandidat lain yang bisa dijadikan sebagai mitra adalah perusahaan-perusahaan asal China.

Tutuka Ariadji, Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan Indonesia bisa memainkan peranan penting melalui pencarian partner East Natuna, bahkan bisa berdampak pula pada iklim politik internasional. Apabila ada perusahaan China yang tertarik pada wilayah kerja East Natuna, bisa jadi pemerintah Amerika Serikat akan bersikap lain dan kemudian membujuk perusahaan-perusahaan negara itu untuk turut ikut serta,

“Kita ingat, Unocal Kalimantan Timur akhirnya tidak jadi jatuh ke tangan perusahaan China, dan dikelola CICO (Chevron Indonesia Company),” kata Tutuka kepada Dunia Energi, Senin (31/7).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus bergerak menawarkan Blok East Natuna ke berbagai perusahaan lain setelah mundurnya Exxonmobil. Exxon memilih keluar dari konsorsium yang dipimpin Pertamina dengan alasan tidak ingin memperlambat pengembangan proyek tersebut.

“Jadi bukan hengkan ya tapi mereka yang kembalikan ke pemerintah biar cepat dicarikan solusinya,” ungkap Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM.

Menurut Arcandra, potensi gas di Blok Natuna yang besar bisa menjadi modal pemerintah untuk menawarkan blok tersebut. Namun tantangan besar juga menghadang pengembangan Natuna, yakni terdapat kandungan CO2 yang mencapai 72%.

“Menawarkan ke siapa saja, termasuk Inpex,” tukas Arcandra Tahar, akhir pekan lalu.(RI)