JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memastikan akan mengembalikan Blok Attaka bersamaan dengan Blok East Kalimantan. Pertamina hanya akan mengambil dan mengelola enam blok terminasi dari delapan blok yang ditawarkan pemerintah.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, menyatakan Wilayah Kerja (WK) Attaka sangat kecil, sehingga tidak akan ekonomis jika tidak dijadikan satu dengan Blok East Kalimantan yang ada didekatnya. Pertamina telah melakukan kajian unitisasi kedua blok tersebut dengan menggunakan skema gross split yang baru, namun tetap tidak memenuhi nilai keekonomian.

“Attaka bloknya kecil dan memang terunitisasi dengan East Kalimantan. Tidak ekonomis jika Blok Attaka dipisahkan, sehingga keduanya lebih baik jadi satu,” kata Syamsu Alam kepada Dunia Energi, Senin (2/10).

Tunggal, Direktur Hulu Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebelumnya mengungkapkan sejak awal ditawarkan, Pertamina berencana untuk meunitisasi kedua blok tersebut. “East Kalimantan dan Attaka itu unitisasi, produksinya tidak dipisah,” kata Tunggal.
Menurut Syamsu, beban biaya Abandonment Site Restoration (ASR) yang besar membuat keekonomian strategi unitisasi kedua lapangan itu menjadi tidak berarti. Bahkan, Pertamina sudah mencoba berbagai cara untuk menghitung keekonomian, termasuk mencoba perhitungan dengan menggunakan sistem cost recovery maupun gross split.

Keputusan Pertamina mengembalikan dua blok tersebut dipastikan murni dari hasil perhitungan perusahaan yang menunjukkan Blok East Kalimantan dan Attaka tidak memenuhi nilai keekonomian.

“Secara teknikal dan komersial itu tidak masuk. Besaran ASR, biayanya sekitar US$ 1,2 miliar,” kata dia.

Pada Januari 2017, pemerintah menawarkan Pertamina untuk mengelola delapan wilayah kerja yang akan habis masa kontraknya. Pemerintah menugaskan agar delapan blok habis kontrak dikelola Pertamina dengan menggunakan kontrak bagi hasil kotor atau gross split pada kontrak barunya.

Delapan wilayah kerja tersebut yakni Blok Tuban, Jawa Timur (JOB Pertamina-PetroChina East Java); Blok Ogan Komering, Sumatera Selatan (JOB Pertamina-Talisman); Blok Sanga-Sanga, Kalimantan Timur (VICO); Blok Southeast Sumatera (SES), Lampung (CNOOC SES Limited); Blok Tengah, Kalimantan Timur (Total E&P Indonesie); Blok Attaka, Kalimantan Timur (Chevron), Blok East Kalimantan (Chevron) dan Blok North Sumatera Offshore, Aceh (Pertamina).(RI)