JAKARTA – PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA), perusahaan sektor energi baru terbarukan, memproyeksikan  pendapatan hingga akhir 2018 mencapai Rp70 miliar, dibawah target sebesar Rp88 miliar. Kontribusi pendapatan terbesar  berasal dari sektor usaha jasa teknis dan suku cadang pembangkit listrik.

Christin Soewito, Corporate Secretary Terregra, mengatakan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) rooftop yang  berlokasi di Bali sebenarnya sudah memberikan konstribusi, tapi masih sangat kecil. Karena, baru beroperasi akhir September 2018.

“Untuk PLTS ya g di Australia 5 MW, rencananya kuartal I dan 20 MW di kuartal II  2019,” kata Christin kepada Dunia Energi, Rabu (5/12).

Terregra Asia berdiri sejak 1996 di Bali dengan nama PT Mitra Megatama Perkasa sebagai perusahaan penyedia jasa teknis khusus mesin dan pemasok suku cadang bagi PT PLN (Persero). Sejak 2010 Terregra mulai melakukan tahapan untuk menjadi Independent Power Producer (IPP) yang mengkhususkan pada pembangkit listrik yang berbasis energi baru terbarukan (EBT), seperti tenaga air (mini hydro) dan sinar matahari (surya, solar power), di beberapa daerah di Sumatera dan Indonesia Timur.

Sebagai holding company, perseroan memiliki dua anak usaha yakni PT Terregra Hydro Power (THP) yang membidangi pembangkit listrik tenaga air (PLTA), serta PT Terregra Solar Power (TSP) di bidang pembangkit listrik tenaga surya. Keseluruhan aktivitas operasi Terregra saat ini berada di pulau Sumatera dan Indonesia bagian Timur, dimana memiliki total 11 proyek dengan target kapasitas terpasang 492 megawatt.(RA)