JAKARTA – Setelah menembus posisi tertinggi dalam setahun terakhir, harga minyak dunia kembali tertekan pada Kamis (Jumat pagi WIB). Meski tertekan harga minyak masih bertahan di kisaran US$50 per barel.

Harga patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Juli turun 67 sen ke level US$50,56 per barel sehari setelah ditutup pada level tertinggi sejak Juli 2015. Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea, untuk pengiriman Agustus turun 56 sen menjadi US$51,95 per barel di perdagangan London.

Tekanan terhadap harga minyak kali ini dipicu oleh aksi ambil untung para investor.”Sedikit aksi ambil untung terjadi, tapi masih ada banyak kekuatan di pasar,” kata Carl Larry dari Frost & Sullivan.

Rendahnya pasokan minyak serta permintaan yang masih tinggi diperkirakan masih akan terus terjadi sehingga membuat harga minyak masih akan berada dikisaran US$50 per barel. “Kami mulai melihat animo sedikit lebih meningkat,” tambah Larry.

Selain itu data dari kenaikan produksi minyak mentah AS pada pekan lalu yang mencapai 10 ribu barel per hari ternyata tidak memberikan pengaruh banyak terhadap pergerakan harga minyak. “Momentum yang ada, sentimen pasar, tidak adanya berita bearish dan pengurangan pasokan yang masih cukup besar menunjukkan bahwa kenaikan harga akan terus berlanjut,” kata analis Commerzbank.

Dalam beberapa minggu terakhir harga minyak terus bergerak naik yang dipicu oleh ancaman  militan terhadap industri minyak Nigeria dan ketakutan akan keamanan yang bisa memukul pasokan di seluruh dunia, akan mengakibatkan kerugian pada minyak, serta kebakaran hutan di dekat fasilitas minyak di wilayah alberta, Kanada.(RI/ANT)