Kapal pengangkut small scale LNG.

HOUSTON – Pemanfaatan Small Scale LNG merupakan pilihan tepat untuk penyediaan energi primer pembangkit listrik di kawasan Timur Indonesia, dengan potensi penghematan bahan bakar hingga US$ 5,4 miliar per tahun.

VP Strategic Planning and Busines Development Direktorat Gas PT Pertamina (Persero) Yenni Andayani mengungkapkan, biaya produksi listrik di kawasan Indonesia Timur seperti Sulawesi, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara saat ini mencapai 2 hingga 5 kali lipat, dibandingkan biaya produksi listrik di wilayah Jawa Bali dan Sumatera.

Hal ini disebabkan masih banyaknya penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel. Di sisi lain, upaya optimalisasi pemanfaatan gas dengan menggunakan jaringan pipa, transmisi maupun distribusi, tidak ekonomis untuk dikembangkan. Karena skala kebutuhan gas yang masih marginal, yaitu antara 3 MMscfd hingga 30 MMscfd.

Tidak seperti di Jawa dan Sumatera, kata Yenni, konstruksi jaringan pipa gas yang ekstensif di Indonesia Timur tidaklah feasible (layak, red) karena permintaan gas yang rendah.

“Small Scale LNG merupakan solusi paling strategis untuk menjembatani antara kondisi pasokan, permintaan, dan kondisi geografis serta jarak antara titik pasokan gas dan titik permintaan di kawasan tersebut,” tuturnya di sela-sela penyelenggaraan 17th International Conference & Exhibition on Liquefied Natural Gas (LNG 17) di Houston, Amerika Serikat.

Pemanfaatan LNG, lanjut Yenni, akan memberikan efek berantai untuk kawasan timur Indonesia. Seperti mempercepat pertumbuhan industri, percepatan pemanfaatan gas kota, dan terutama efisiensi penggunaan energi primer pembangkit listrik.

Jika dapat direalisasikan, dia mengatakan pemanfaatan LNG untuk pembangkit listrik akan memberikan penghematan biaya energi primer pembangkit listrik hingga sekitar US$ 5,4 miliar per tahun karena pengurangan penggunaan solar.

“Dengan demikian ini juga akan berdampak secara tidak langsung bagi upaya percepatan peningkatan rasio elektrifikasi di kawasan Indonesia Timur,” katanya.

Saat ini, tambahnya, PT Pertamina Gas (anak perusahaan Pertamina) bekerjasama dengan PT Indonesia Power (anak perusahaan PT PLN) telah membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertadaya Gas, yang akan melaksanakan beberapa proyek Small Scale LNG di kawasan Timur Indonesia.

Beberapa pembangkit listrik yang akan memanfaatkan teknologi tersebut meliputi, pembangkit listrik di Maros, Pesanggaran, Tanjung Batu, Batakan, Pomalaa, Halmahera, dan Kupang yang ditargetkan beroperasi pada 2014-2016.

 “Total kapasitas Small Scale LNG di kawasan Timur Indonesia mencapai sekitar 1 juta ton per tahun. Untuk sumber pasokan LNG akan berasal dari sumber domestik,” tutupnya.

(Iksan Tejo/duniaenergi@yahoo.co.id)