JAKARTA – Penerapan teknologi injeksi uap (steam flood) telah membuat produksi Lapangan Duri di Riau lima kali lebih banyak dibanding teknologi konvensional. Hingga saat ini, Lapangan Duri telah menghasilkan lebih dari 2,6 miliar barel.

“Teknologi injeksi uap di lapangan Duri merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia,” ujar Yanto Sianipar, Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs Chevron, Senin (30/4).

Yanto mengatakan, keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. Chevron terus bernvestasi dalam pengembangan teknologi pencarian minyak maupun enhanced oil recovery (EOR) guna mengoptimalkan tingkat perolehan minyak.

Lapangan Duri termasuk wilayah kerja Blok Rukan, di Riau yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Lapangan tersebut ditemukan pada 1941 dan baru berproduksi pada 17 tahun berselang, yakni pada 1958.

“Setelah melewati titik puncak produksi dari fase primer sebanyak 65 ribu barel per hari pada 1965, produksi Lapangan Duri menurun secara alamiah sering penurunan tekanan di dalam reservoar,” katanya.

CPI memulai proyek percontohan (pilot project) injeksi uap di Lapangan Duri pada 1975. Sepuluh tahun kemudian, teknologi ini diterapkan dalam skala besar dan mampu kembali menaikkan produksi higga mencapai 300 ribu barel per hari pada 1993. Semua itu dicapai berkat penerapan teknologi.

CPI terus mengembangkan lapangan ini untuk menjaga kontribusi Lapangan Duri terhadap produksi nasional. Dua pengembangan terakhir adalah North Duri Area 12 dan 13 yang masing-masing menghasilkan produksi perdana pada 2008 dan 2013.(AT)