JAKARTA – Angka kehilangan pasokan (supply loss) minyak PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, hingga akhir Agustus 2016 mencapai 0,18 persen atau melampaui targetsepanjang tahun ini sebesar 0,20 persen. Pencapaian ini jauh di atas losses tahun lalu sebesar 0,35 persen dan 2014 sebesar 0,41 persen.

Faisal Yusra, Project Manager Tim Pembenahan Tata Kelola Arus Minyak (PTKAM) Pertamina, mengatakan angka ini jauh lebih rendah dari batas toleransi internasional untuk angka kehilangan minyak tahun ini sebesar 0,5 persen sesuai data International Commercial Terms (Incoterm) yang dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau International Chamber of Commerce (ICC). “Kalau angka 0,2 persen terlampaui, tidak dapat dimungkiri proses serah terima minyak Pertamina dapat menjadi benchmark kelas dunia,” ujar Faisal.

A

Tahun ini Pertamina menargetkan efisiensi sebesar US$ 105 juta atau realisasi US$ 139,15 juta yang setara dengan 0,21 persen supply loss. Hingga akhir Juli 2016, realisasi efisiensi pengelolaan minyak sebesar US$ 115 juta atau setara dengan 1,07 juta barel yang dihemat oleh operasional Pertamina. Hal ini merupakan indikasi bahwa program PTKAM tahun ini berhasil menekan operasional losses serah terima minyak di angka 0,18 persen supply loss.

Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari Reforminer Institute, mengatakan efisiensi yang dilakukan Pertamina dalam beberapa waktu terakhir cukup progresif. “Melihat beberapa indikator capaian yang dicatatkan saya kira besar kemungkinan target-target yang ditetapkan Pertamina pada 2016 akan tercapai,” kata dia.

Menurut Faisal, Tim PTKAM telah kerja keras mencapai target oil losses dan supply loss tahun ini. Apalagi target Tim PTKAM tahun ini juga diperketat. Total loss untuk serah terima minyak ditetapkan dengan angka yang sangat kecil yakni 0,2 persen. Ini jauh lebih rendah dari realisasi 2014 sebesar 0,41 persen dan 2015 sebesar 0,35 persen. Dengan memitigasi losses sampai dengan 0,2 persen, diharapkan dapat efisiensi sebesar US$100 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Pencapaian target tersebut, lanjut Faisal, merupakan hasil revolusi mental PTKAM 0.2. Revolusi mental PTKAM 0. akan menitikberatkan kepada aspek integritas, disiplin, komitmen, dan keberanian. Semua aspek itu telah menjadi janji Pekerja Peduli Serah Terima Minyak Pertamina yang dinyatakan dalam Deklarasi Bali pada 16 Februari 2016 yang disepakati seluruh pihak yang terkait, baik ekstenal maupun internal perusahaan, yang terlibat dalam proses serah terima minyak.

“Itulah komitmen PTKAM 0.2 sebagai agenda revolusi mental lanjutan dengan menekankan aspek integritas, disiplin, komitmen, dan keberanian sebagai pola pikir dan pola tindak baru pada 2016,” katanya.

Tugas tim PTKAM adalah melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan pendistribusian minyak mentah dan produk BBM sesuai tugas dan tanggung jawab agar tepat sasaran, waktu dan biaya. Selain itu, PTKAM juga melakukan koordinasi dengan tim kerja yang dibentuk di direktorat/fungsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tim PTKAM Korporat.

Pahala Nainggolan, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebelumnya mengatakan KPK memberikan apresiasi kepada Pertamina atas kinerja PTKAM yang mengagumkan sehingga dapat menjadi role model bagi perusahaan lain atau sektor lainnya. KPK juga akan meminta kepada Pertamina agar metode pengurangan losses ini dapat dipelajari KPK secara lebih detail dan mereplikasi model ini untuk di bawa ke sektor hulu migas yang lossesnya masih 0,5 persen. Tidak hanya itu, KPK juga dijadwalkan menjalin kerja sama dengan Pertamina untuk mereplikasi proses dan dokumentasi dari PTKAM ke BUMN lain atau sektor-sektor lainnya.(RA)