JAKARTA- Harga jual listrik di Indonesia masih tergolong mahal dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia. Walaupun mahal masyarakat tetap membelinya karena sudah menjadi kebutuhan primer.

Bambang Haryo Sukartono, anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, mengatakan harga listrik per kilo watt hours (kWh) di Indonesia mencapai US$11 sen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga Indonesia seperti Singapura hanya US$6 sen, Malaysia US$5 sen, Thailand US$5 sen. Apalagi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat hanya US$3 sen. Padahal, listrik merupakan kebutuhan primer masyarakat Indonesia setelah beras, bukan lagi menjadi kebutuhan skunder.

Pelanggan listrik 450 volt ampere (VA) dari kalangan masyarakat menengah ke bawah yang masih disubsidi pemerintah mengeluarkan biaya pemakaian listrik setiap bulan rata-rata Rp50 hingga Rp100.000 per bulan. Sedangkan pelanggan 900 VA mencapai Rp100.000 hingga Rp200.000 per bulan.

Sementara pengeluaran rata-rata rumah tangga untuk konsumsi beras setiap bulannya di kisaran Rp100.000. “Jadi listrik juga menduduki peringkat tertinggi dari biaya hidup masyarakat Indonesia. Jadi listrik ini sangat dibutuhkan untuk mencerdaskan anak bangsa,” ujarnya seperti dikutip Antara di Mataram.

Menurut dia, harga listrik yang dibeli oleh PLN dari pihak swasta dan harga penjualan ke konsumen diatur oleh negara. Hal ini tentu harus dibenahi agar PLN bisa menjual murah kepada rakyat Indonesia.
Karena itu, Haryo mengaku tergerak untuk membenahi PLN agar mampu menjual listrik dengan harga yang lebih murah karena perekonomian juga sangat tergantung pada listrik.

“Sebanyak 57 juta usaha mikro, kecil dan menengah, 500 ribu usaha skala besar, dan 250 juta lebih penduduk Indonesia sangat butuh listrik,” katanya. (DR/ANT)