JAKARTA– PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, menargetkan penambahan infrastruktur listrik secara signifikan dalam sembilan tahun ke depan atau hingga 2026. Perseroan menargetkan pembangkit listrik bertambah hingga menjadi 75.900 megawatt (MW), tramsisi 67.785 kms, dan gardu induk 165.554 MVA yang akan dimasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026.

Nicke Widyawati, Direktur Perencanaan Korporat PLN, mengatakan dengan penambahan kapasitas tersebut, kondisi kelistrikan di akhir 2019 ditargetkan dalam kondisi normal. Saat ini, kondisi kelistrikan 17 sistem pada akhir 2016, yakni 7 sistem normal dan 10 sistem siaga.

Menurut Nicke, penambahan kapasitas listrik ini mengikuti asumsi konsumsi listrik yang tumbuh sebesar 8,3% pada 2026. Asumsi tersebut menurun dari 8,6 dalam RUPTL 2016-2025 menjadi 8,3% pada RUPTL 2017-2026. “Penurunan konsumsi hanya terjadi di Jawa dan Bali, untuk di luar Jawa dan Bali, terjadi peningkatan 0,1 sampai 0,2 persen,” kata Nicke Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/1).

Selain itu, tambah Nicke, PLN akan memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Wellhead guna meningkatkan keekonomian energi primer setempat dan efisiensi penyaluran tenaga listrik.

Dalam revisi RUPTL, program penyediaan listrik 35.000 MW tetap dijalankan namun realisasinya disesuaikan dengan pertumbuhan kebutuhan di masing-masing sistem. (RI)