JAKARTA – Pemerintah memperhitungkan percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) per tahunnya baru sebesar 0,3 persen – 0,4 persen. Untuk mencapai target bauran EBT 23 persen pada 2025 diperlukan pemanfaatan energi terbarukan sebesar 1,5 persen per tahun.
“Sampai akhir 2015 bauran energi terbarukan baru 6,2 persen . Kita punya waktu sembilan tahun untuk menuju target 23 persen. 6,2 persen ekuivalen dengan 2 persen dari target. Artinya 98 persen sedang merintis untuk di capai,” kata Dadan Kusdiana, Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM di Jakarta.

Dia menegaskan bahwa pemerintah tetap optimistis target bauran EBT bisa tercapai. Upaya peningkatan kapasitas pembangkit EBT terus dilakukan pemerintah sepanjang 2016 yang mencapai 15 persen dari keseluruhan kapasitas terpasang, atau sebesar 8,7 gigawatt (GW) dari total target 58 GW. Dalam 10 tahun kedepan, berdasarkan rencana umum energi nasional, Indonesia diproyeksikan membutuhkan kapasitas terpasang hingga 135 GW dengan 45 GW (33%) dari pembangkit EBT.

Penambahan kapasitas pembangkit listrikĀ  EBT berasal dari beberapa jenis, salah satunya pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Kapasitas terpasang PLTP hingga Desember 2016 adalah sebesar 1.643,5 megawatt (MW), sementara pada 2017 ditargetkan menjadi sebesar 1.858,5 MW.
Di samping PLTP, juga dibangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dengan kapasitas total 282,55 MW pada 2016. Ditargetkan pada tahun 2017 total keduanya meningkat menjadi 291,71 MW.
Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga bioenergi pada tahun 2015 adalah sebesar 1.767,1 MW dan meningkat sebesar 20,8 MW pada tahun 2016 dengan kapasitas total terpasang sebesar 1.787,9 MW.
Kementerian ESDM menargetkan kapasitas total terpasang pembangkit listrik tenaga bioenergi pada 2017 mencapai 2.093 MW atau bertambah 305,1 MW.
Pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) pada tahun 2016 mencapai 3,3 juta kiloliter (KL), meningkat 152 persen dari 2015 yang sebesar 0,91 juta KL. Sedangkan pada 2017 pemanfaatan BBN ditargetkan sebesar 4,6 juta KL.
Dadan mengatakan, investasi EBT akan terus menjadi prioritas, salah satunya dengan meningkatkan target investasi di 2017 menjadi US$ 1,56 miliar. Dengan meningkatnya investasi, pemanfaatan EBT juga akan bertambah.

“Kami diminta percepat pengembangan EBT, akses listrik ke masyarakat, juga kontribusi penurunan BPP (biaya pokok produksi) listrik dari EBT. Menurut kami masih memungkinkan, bisa jalan beriringan. Target 23 persen tidak diubah, akan dicapai dengan berbagai macam cara kerja sama dengan stakeholder,” tandas Dadan.(RA)