JAKARTA –  PT Pertamina (Persero) meminta pemerintah tidak memberi izin penjualan bahan bakar minyak (BBM) setara kualitas dengan BBM penugasan di pasar yang padat, tanpa ada perlakuan seimbang dengan kewajiban mendistribusikan BBM di luar wilayah Jawa Madura Bali (Jamali).

Adiatma Sardjito, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan jika ada pembiaran penjualan BBM yang memiliki research octane ni ber (RON) 88 atau sama dengan BBM khusus penugasan, maka itu akan sangat merugikan Pertamina

“Pertamina memiliki beban distribusi Premium yang merugi. Jika hanya memberikan rente ekonomi ke segelintir pemain Izin Niaga Umum (INU), Pertamina jelas menolak unfairness,” tegas Adiatma kepada Dunia Energi, Kamis (26/10).

Hal ini diungkapkan Adiatma menanggapi kehadiran SPBU Vivo yang menjual BBM dengan RON 89 yang dibanderol Rp 6.100 per liter. Disisi lain, Pertamina yang mendapatkan penugasan untuk menjual Premium dengan RON 88 membanderol Rp 6.450 per liter.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) justru meminta meningkatkan efisiensi untuk bisa menghasilkan harga BBM yang lebih terjangkau.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengatakan harga BBM penugasan bisa lebih murah asalkan Pertamina bisa meningkatkan efisiensi.

“Kalau penugasan ke Pertamina itu sudah ditetapkan harganya sekian. Jadi nanti kita nunggu Pertamina, apa mau mengusulkan itu lebih efisien atau tidak,” kata Jonan disela peresmian SPBU Vivo di Jakarta, Kamis.

Menurut Jonan jika Pertamina mengajukan pengurangan harga pada BBM RON 88 maka pemerintah akan mendukung.

“Boleh (Rp 6.100). Rp 5.000 juga lebih boleh lagi. Orang usaha kan caranya sendiri-sendiri,” kata Jonan.

Dalam regulasi yang belaku yakni Peraturan Presiden (Perpres) No 191/2014 tentang Penyediaan Pendistribusian dan Harga Jual Eceran, setiap tahun pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas melakukan tender atau seleksi untuk menentukan badan usaha penyalur BBM khusus penugasan.

Pertamina adalah badan usaha yang rutin mendapatkan tugas tersebut, termasuk untuk tahun ini. Salah satu faktor yang menyebabkan Pertamina selalu lolos dalam seleksi adalah karena perusahaan plat merah itu dianggap paling siap dari sisi ketersediaan infrastruktur.(RI)