JAKARTA – Kontraktor yang akan ditetapkan pemerintah untuk mengelola Blok Rokan pasca berakhirnya kontrak PT Chevron Pacific Indonesia pada 2021 dinilai harus bisa menerapkan Enhance Oil Recovery (EOR) jika ingin mempertahankan  produksinya seperti saat ini.

“Saya kira kalau dari teknis Rokan itu lapangan mature sekali, tapi masih ada potensi untuk di EOR. Kalau tidak EOR, tidak akan bisa,” kata Tutuka Ariadji, Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) kepada Dunia Energi, akhir pekan lalu.

bagan EOR

Skema kerja EOR.

Menurut Tutuka, baik PT Pertamina (Persero) maupun Chevron yang saat ini tengah bersaing untuk menjadi operator harus sudah memiliki program EOR di Blok Rokan.

Pertamina sebelumnya agresif dengan mengajukan permohonan pengelolaan Rokan pada akhir Juni. Dalam surat tersebut Pertamina juga telah menjanjikan melakukan EOR, mulai dari water flood, steam flood maupun menggunakan bahan kimia atau chemical untuk menjaga dan meningkatkan produksi minyak.

Sayang Pertamina belum mau membeberkan berapa investasi yang telah disiapkan untuk menjalankan program EOR tersebut.

Disisi lain, Chevron yang terlihat lambat diawal kompetisi kini mulai bergerak untuk mendapatkan hati pemerintah. Bahkan lobi Chevron dilakukan juga melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. Dari Luhut juga terungkap bahwa Chevron menyiapkan investasi selama 20 tahun, termasuk untuk EOR sebesar US$88 miliar. Dana sebesar itu ditargetkan bisa mempertahankan level produksi tetap besar serta menambah cadangan minyaknya mencapai 1,2 miliar barel.

Menurut Tutuka, bagi perusahaan sekelas Chevron tidak tertutup kemungkinan mau menggelontorkan dana dalam jumlah besar. Dana investasi US$88 miliar diperkirakan itu sudah memperhitungkan potensi penerimaan yang akan diperoleh setelah Rokan dikelola Chevron hingga 2041.

“Kalau jumlah angka segitu tidak bisa dijawab singkat. EOR itu besar, karena itu harus hati-hati kalau jumlahnya besar, step by step. Kalau jumlah biaya besar, pemasukan besar ya tidak apa-apa,” papar Tutuka.

Namun bukan berarti EOR bisa dilakukan at any cost atau biaya berapa pun karena masih ada berbagai efisiensi yang bisa dilakukan.

“Biaya tetap harus dikurangi dalam program EOR untuk mengurangi risiko, karena berbagai rangkaian pengujian tetap memiliki risiko besar jika diterapkan di lapangan,” kata Tutuka.(RI)