JAKARTA– PT Agincourt Resources, perusahaan pertambangan yang mengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru, Tapanuli Selatan,  Sumatera Utara, berkontribusi terhadap penciptaan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar Rp 1,24 triliun sepanjang 2010 – 2015. Sementara itu, kontribusi Agincourt untuk tingkat Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp 4,7 triliun terhadap PDRB Provinsi pada periode yang sama.

Hal ini sesuai  Laporan Akhir Analisis Dampak Ekonomi dan Fiskal Tambang Emas Martabe yang dilakukan LPEM-FEBUI (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia). Survei lapangan LPEM – FEBUI yang bekerjasama dengan FEB – USU (Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Sumatera Utara) di 2015 ini, dilakukan terhadap kondisi sosial-ekonomi di 10 desa lingkar tambang, di Batang Toru.

“Sebagai perusahaan tambang yang bertumbuh dan berkembang secara berkelanjutan bersama masyarakat di wilayah operasional, hasil studi ini memberikan data-data terukur yang menunjukkan Tambang Emas Martabe memberikan kontribusi substansial terhadap laju perekonomian di Batangtoru, dan Sumatera Utara. Laporan studi Analisis Dampak Ekonomi dan Fiskal  ini menegaskan pandangan bahwa produksi dan penciptaan lapangan pekerjaan yang meningkatkan pendapatan masyarakat merupakan kekuatan utama dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Presiden Direktur PT Agincourt Resources Tim Duffy dalam Seminar Analisis Dampak Ekonomi dan Fiskal PT Agincourt Resources di hadapan perwakilan pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan masyarakat, BPKM tingkat nasional, akademia, perwakilan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia, organisasi kemasyarakatan, dan media di Hotel Mega, Padangsidimpuan, Selasa (21/).

Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa Desa Sumuran memiliki populasi yang terbesar, Desa Aek Pining yang memiliki jumah rumah tangga yang besar, dan Desa Telo yang memiliki jumlah populasi terbesar di usia produktif. Lebih dari separuh jumlah responden atau 56% warga di sekitar lingkar tambang memiliki rumah pribadi. Sementara itu, tingkat partisipasi pendidikan di level SD, SMP, dan SMA mencapai 90%.
Widyono Soetjipto, pemimpin studi ini, menyatakan penelitian ini antara lain bertujuan untuk mengestimasi dampak ekonomi berupa penciptaan  nilai tambah bruto, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja di tingkat Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Selain itu, penelitian itu juga  menghitung potensi penerimaan negara (fiskal) baik bagi pemerintah pusat maupun daerah, dan melakukan survei sosial ekonomi terhadap sampel responden di 10 Desa di Kecamatan BatangToru tentang dampak  kehadiran PT Agincourt Resources.

“Penelitian ini menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisis dampak ekonomi makro dilakukan dengan menggunakan metode Input-Output (I/O), sedangkan analisis dampak fiskal dilakukan dengan menggunakan model fiskal LPEM-FEBUI. Analisis dampak mikro di tingkat desa dilakukan dengan menggunakan data primer dari survei lapangan,” ujarnya.

Selain kontribusi di bidang ekonomi dan fiskal, menurut Widyono, menginjak tahun kelima masa operasional penuh Tambang Emas Martabe berkontribusi positif terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan, pendidikan, pelatihan dan pengembangan kapasitas petani, kaum perempuan dan pemuda remaja serta  pembangunan infrastruktur di 15 desa lingkar tambang untuk meningkatkan akses dan kualitas kehidupan masyarakat.

Tim Duffy  mengatakan Tambang Emas Martabe terus mengimplementasikan komitmen keberlanjutan kami untuk sukses mengelola beragam pencapaian, termasuk operasi yang aman dan efisien, dampak lingkungan, serta memastikan bahwa keberadaan kami memberikan manfaat sosial positif jangka panjang bagi para pemangku kepentingan setempat hingga bertahun-tahun ke depan.

Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997.  Agincourt Resources mengelola Tambang Emas Martabe yang memiliki sumberdaya 7,4 juta ounce emas dan 69 juta ounce perak an mulai berproduksi penuh pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak.

Per Maret 2016, perusahaan konsorsium pertambangan yang dipimpin oleh EMR Capital, spesialis dana ekuitas pertambangan swasta asal Australia, resmi menjadi pemegang saham utama Agincourt Resources. Kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Sumatera Utara tidak mengalami perubahan. Lebih dari dua ribu orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, tujuh puluh persen direkrut dari masyarakat di lima belas desa di sekitar tambang dan wilayah terdekat lainnya. (DR)