JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk, anak usaha Banpu Plc, perusahaan tambang asal Thailand, membukukan laba bersih US$102,95 juta pada enam bulan pertama 2018, turun 2% dibanding periode yang sama tahun lalu US$105,29 juta. Laba bersih terkoreksi akibat kerugian swap batu bara dan rugi nilai tukar dibanding periode yang sama 2017 yang mencatat keuntungan.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis akhir pekan lalu, Indo Tambangraya membukukan pendapatan US$808,89 juta, naik 8% dibanding enam bulan pertama tahun lalu US$748,78 juta.

Pendapatan perseroan berasal penjualan batu bara yang sepanjang enam bulan tahun ini mencapai 9,76 juta ton. Batu bara yang dijual berasal dari produksi tambang yang dioperasikan anak usahanya, yakni PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Bharinto Ekatama, PT Jorong Barutama Greston dan PT Kitadin Embalut.  Serta sebagian kecil dari sumber lainnya.

Banpu Plc melaporkan total volume penjualan batu bara dari operasi di Indonesia sesuai rencana 5,34 juta ton pada kuartal II 2018, naik dibanding kuartal sebelumnya.
Pasar batu bara sepanjang periode tersebut banyak dipengaruhi dari pasokan yang ketat dari Indonesia akibat musim hujan hingga membuat harga batu bara tetap berada di level yang tinggi. Harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara dari operasi Indo Tambangraya di Indonesia sebesar US$77,89 per ton di kuartal II 2018.

Seiring kenaikan pendapatan, beban pokok ikut naik 8,3% menjadi US$583,15 juta pada semester I 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan itu, laba kotor naik 6,2% menjadi US$225,74 juta.

Namun beban lain-lain membengkak menjadi US$20,59 juta dibanding  periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,89 juta. Beban lain-lain yang mencakup kerugian akibat swap batu bara dan rugi kurs inilah yang membuat laba bersih Indo Tambangraya tertekan.(AT)