JAKARTA – PT Supreme Energy menargetkan financial close pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Rantau Dedap, Sumatera Selatan, selesai tahun ini. Supreme sebelumnya telah menandatangani amendemen Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) – Perpanjangan Waktu Pencapaian Effective Date dengan PT PLN (Persero) untuk PLTP Rantau Dedap berkapasitas 220 megawatt (MW).

“Tahun ini targetnya menyelesaikan penyesuaian tarif dan financing close untuk proyek Rantau Dedap. Kami masih melakukan proses penyesuaian tarif dengan PLN. Untuk target COD (commercial operation date) masih sesuai dengan RUPTL,” kata Ismoyo Argo, Manager of Business Relations Supreme Energy kepada Dunia Energi, Senin (14/8).

Ismoyo menambahkan, PLTP Rantau Dedap merupakan proyek konsorsium antara Supreme Energy, ENGIE, dan Marubeni Corporation. Total lahan proyek PLTP Rantau Dedap sekitar 124,5 hektar, termasuk jalan akses jalur pipa sumur dan pembangkitan.

“Nanti kalau kami sudah dapat tarifnya kami akan info besarnya investasi (PLTP Rantau Dedap),” kata dia.

Supreme Energy juga telah mulai melakukan pemboran sumur eksploitasi di wilayah kerja panas bumi (WKP) Liki Pinangawan Muara Laboh, Sumatera Barat,pada Mei lalu. Sumur tersebut merupakan sumur ketujuh dari rencana 19 sumur yang akan dibor.

Nantinya, sumur-sumur tersebut akan menyuplai uap ke PLTP Muara Laboh Unit 1 dengan kapasitas 80 MW yang direncanakan beroperasi secara komersial pada 2019.

Supreme Energy Muara Laboh mengeluarkan investasi sebesar US$ 580 juta atau setara dengan Rp 7,7 triliun untuk pengembangan PLTP unit 1 berkapasitas 80 MW. Selama proses pembangunan, proyek PLTP Muara Laboh diharapkan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Sumatera Barat.(RA)