JAKARTA – PT Supreme Energy gerah dikait-kaitkan dengan media migas. Pasalnya, akhir akhir ini banyak pemberitaan yang mengaitkan perusahaan sebagai bagian dari group perusahaan Global Energy Resources.

“Kami perlu mengklarifikasikan bahwa Supreme Energy yang disebut dalam pemberitaan tersebut tidak ada hubungannya dengan PT Supreme Energy yang didirikan sejak tanggal 11 September 2007,” tegas Priyandaru Effendi, VP Relations SHE PT Supreme Energy, Minggu.

Dia menuturkan  Supreme Energy bergerak di bidang pengembangan energi panas bumi (geothermal), untuk menghasilkan listrik yang dipasok ke PT PLN (Persero). Supreme Energy didirikan oleh  Supramu Santosa yang hingga kini memiliki perusahaan berikut yang diperuntukkan untuk mengembangkan masing-masing wilayah kerja panas bumi.

PT Supreme Energy Muara Laboh yang berdiri pada  1 Juli 2008, sebagai pemegang Ijin Usaha Pertambangan Panas Bumi (IUP) untuk Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Liki Pinangawan Muaralaboh di Kabupatek Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.  PT Supreme Energy Rajabasa yang berdiri pada  1 Juli 2008, sebagai pemegang IUP untuk WKP Rajabasa di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Sementara PT Supreme Energy Rantau Dedap yang berdiri pada 1 Juli 2008, sebagai pemegang IUP untuk WKP Rantau Dedap di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, Provinsi Simatera Selatan.

Pada  2011, Supreme Energy secara resmi bekerja sama dengan partner dan pemegang saham internasional, yaitu GDF SUEZ yang saat ini berubah menjadi Engie, dan Sumitomo Corporation yang bersama-sama, menjadi pemegang saham pada PT. Supreme Energy Muara Laboh dan PT. Supreme Energy Rajabasa. Selain itu, bersama GDF SUEZ yang saat ini berubah menjadi Engie, dan Marubeni Corporation, menjadi pemegang saham PT. Supreme Energy Rantau Dedap.

“Dengan begitu, Supreme Energy tidak ada kaitannya dengan perusahaan perdagangan komoditas minyak dan gas bumi  seperti Pertamina Trading Energy Ltd (Petral) ataupun segala kegiatan yang berkaitan dengan industri migas lainnya. Apalagi, ketiga perusahaan Supreme Energy di atas tidak melakukan kegiatan perdagangan komoditas migas,” kata Priyandaru.(LH)