NEW YORK – Produsen minyak boleh sedikit lega karena untuk pekan ketiga berturut-turit harga minyak dunia naik pada Jumat (Sabtu pagi WIB).

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 55 sen menjadi berakhir di US$43,73 per barel di New York Mercantile Exchange.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni naik 58 sen, menjadi menetap pada US$45,11 per barel.

Keuntungan pada Jumat mengangkat minyak AS selama sepekan, naik  8,3%, sementara minyak mentah Brent naik 4,7%.

Abdalla El-Badri, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), mengatakan kartel dapat menghidupkan kembali pembicaraan antara anggota tentang pembekuan produksi dan mengadakan pembicaraan lebih lanjut dengan non-anggota OPEC.

Pasar minyak juga mendapat dukungan dari laporan jumlah rig AS yang beroperasi dari Baker Hughes, yang menunjukkan bahwa produsen minyak mengurangi penggunaan delapan rig pengeboran dalam pekan yang berakhir 22 April.

Jumlah rig pengeboran minyak AS yang aktif pada minggu tersebut berkurang delapan rig menjadi 343 rig, level terendah sejak November 2009, perusahaan jasa minyak Baker Hughes mengatakan Jumat.

Produksi minyak mentah AS turun 24.000 barel menjadi 8,953 juta barel per hari pada pekan lalu, menurut laporan mingguan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis Rabu.

“Sentimen pasar tentu positif dan aliran membeli telah jelas belum habis,” kata analis Citi Futures, Tim Evans, seperti dikutip laman Antara. “Pada saat yang sama, kami juga mencatat beberapa suara mulai mempertanyakan apakah tingkat-tingkat yang lebih tinggi akan terbukti berkelanjutan.”

Beberapa analis mengatakan tidak ada alasan untuk mengharapkan OPEC akan mencapai kesepakatan dalam pertemuan Juni setelah pembicaraan pada Minggu gagal, sebagian karena Iran menolak untuk menerima pembatasan sementara negara itu membangun kembali produksinya setelah sanksi dicabut pada Januari.

BMI Research memperingatkan dalam sebuah catatan bahwa permusuhan lama antara Iran dan Arab Saudi — yang sedang memerangi perang proksi di Timur Tengah — bisa mencegah kesepakatan apapun yang dibuat.

“Kami percaya bahwa perselisihan Arab Saudi dan Iran atas minyak adalah gejala dari ketegangan geopolitik yang lebih luas antara keduanya, dan karena itu tidak mengharapkan kesepakatan politik OPEC akan tercapai selama pertemuan 2 Juni,” katanya.(LH)