JAKARTA – Peningkatan volume penjualan bahan bakar khusus (BBK), seperti pertamax, pertamax plus, dan pertalite merupakan hasil strategi pemasaran PT Pertamina (Persero) yang terus memperkecil selisih harga keduanya dengan premium. Sepanjang setahun terakhir, Pertamina telahmenurunkan harga jual pertamax dan pertamax plus sebesar 22%-23%.

Ferdinand Hutahean, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, mengatakanselisih harga tentu sangat berpengaruh dalam peningkatan penjualan pertamax series dan pertalite. “Komponen harga sangat berpengaruh pada masyarakat untuk mengambil keputusandalam penggunaan BBM,” ujar Ferdinand di Jakarta, Minggu (20/5).

Menurut Ferdinand, jika melihat fakta di lapangan, mobil-mobil mewah pun sering menggunakan premium yang sebetulnya tidak cocok dengan spesifikasi kendaraan tersebut. Namun karena faktor harga masih sangat dominan, akhirnya banyak yangtetap membeli premiun. “Nah, dengan selisih harga yang tidak begitu jauh, maka orang lebih memilih BBM dengan kualitas lebih baik,” kata dia.

Ferdinand mengatakan peningkatan konsumsi pertamax series saat ini belum bisa dinyatakan sebagai akibat dari kesadaran masyarakat, meski memang faktor itu ada tapi relatif sangat kecil.

Pada15 Mei 2015, selisih harga pertamax dengan premium tercatat mencapai Rp.2.200per liter. Jika harga premium sebesar Rp7.400 per liter, pertamax saat inidibanderol Rp9.600 per liter. Sementara itu, pada 15 Mei 2016, selisih harga premium dan pertamax tidak lebih hanya Rp900 per liter.

Marwan Batubara, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), mengatakan formula harga yang digunakan Pertamina saat ini sesuai dengan harga keekonomian. Dengan harga sekarang wajar masyarakat saat ini sudah bisa memilih BBM yang berkualitas.“Itu artinya pertamax kan kita tahu memang lebih bagus dari premium kemudianharga saat BBK saat ini memang tidak terlalu jauh dari premium,” kata dia.

Menurut Marwan, dampak lingkungan juga menjadi perhatian masyarakat sehingga meskipunharga lebih mahal dibanding kualitas yang lebih mahal tapi tidak jadi soal dan masih dianggap menguntungkan. “Kecuali naik lagi signifikan berarti nanti lain lagi ceritanya,” katanya.

Rinaldy Dhalimi, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), mengatakan pertamax danpertalite memang berbeda untuk kerja mesin mobil atau sepeda motor.“Kalau harganya murah, pasti masyarakat nantinya akan beralih ke sana,” tandas dia.

Pertamina mencatat konsumsi pertamax yang memiliki oktan (RON) 92 meningkat dari 8 ribukiloliter (KL) perhari menjadi 10 ribu KL perhari. Sementara itu, pertalite, BBM beroktan 90 itu juga menunjukkan hal yang positif. Hingga April 2016, konsumsi pertalite sudah mencapai 600 ribu KL. Pertamina per 15 Mei menurunkan lagi harga BBK. Harga pertamax turun sebesar Rp200 perliter untuk seluruh provinsi di Jawa dan Bali menjadi Rp7.350-Rp7.450 per literdan menurunkan sebesar Rp300 per liter untuk daerah lainnya menjadi Rp7.700-Rp10.650 per liter.Adapun pertamax plus penurunan Rp200 per liter diberlakukan untuk wilayah Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan wilayah lainnya turun Rp300 per liter. Sedangkan Pertamina Dex penurunannya seragam di angka Rp300 perliter untuk semua wilayah yang telah tersedia bahan bakar dengan spesifikasi Euro 4 tersebut.(RI/RA)