JAKARTA – Momentum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dinilai sebagai peluang yang mampu mendorong arus investasi, khususnya subsektor pertambangan masuk ke dalam negeri. Selain juga membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan efek ekonomi ganda.

Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan memasuki zona MEA, beberapa tantangan yang akan dihadapi antara lain masih terbatasnya standar kompetensi bagi para tenaga kerja khususnya yang bekerja di industri pertambangan mineral dan batu bara. Tantangan lainnya, adalah masih terbatasnya baku mutu acuan yang digunakan untuk menilai kualitas barang atau proses yang dihasilkan.

“Masih sedikit standar yang telah ditetapkan. Di samping itu, ada kondisi yang belum bersinergi antara pemangku kepentingan (produsen, konsumen, dewan pakar, dan pemerintah) dalam menyusun baku mutu. Serta, persaingan produk dan tenaga kerja akan semakin terbuka lebar,” ujar Bambang di Jakarta, baru-baru ini.

Tambang Emas Gosowong. ANTM baru saja menambah kepemilikannya pada tambang yang berada di Halmahera ini.

Bambang mengungkapkan beberapa strategi untuk mencapai tantangan tersebut, yakni melakukan pengakuan terhadap kualitas dan kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja. Kedua, melakukan pengakuan terhadap kualitas produk (barang dan jasa) dan nilai tambah.

Ketiga, peningkatan kualitas lembaga pendidikan, lembaga pelatihan dan sertifikasi. Keempat, peningkatan kualitas lembaga pendidikan, lembaga pelatihan dan sertifikasi.

“Serta peningkatan partisipasi pemangku kepentingan (stakeholders) dalam menyusun dan menjalankan serta mengawasai kebijakan. Keenam, peningkatan ketahan ekonomi dalam negeri,” tandas Bambang.(RA)