JAKARTA – PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), emiten tambang nikel memperkirakan produksi tahap I pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel sepanjang 2017 mencapai 72.500 ton. Seiring dengan proyeksi produksi tersebut, perseroan menargetkan bisa meraih pendapatan Rp 861,3 miliar dengan laba bersih Rp 179,3 miliar pada tahun depan.

Feni Silviani Budiman, Direktur Central Omega, mengatakan smelter yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, ditargetkan bisa memproduksi 100.000 ton nickel pig iron (NPI) pada 2018. Central Omega melalui anak usahanya PT COR Industri Indonesia (CORII) sudah menyelesaikan pekerjaan sipil di pabrik pengolahan nickel menjadi NPI pada akhir 2015.

“Sekarang tahap instalasi, diharapkan akhir kuartal III 2016 selesai dan kuartal IV commissioning tahap I,” kata Feni usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta, Selasa (14/6).

Menurut Feni, perseroan menetapkan target penjualan NPI pada 2018 sebesar Rp 1,35 triliun dan laba bersih Rp 258,7 miliar. Untuk memproduksi 100.000 ton NPI dibutuhkan 800.000 ton bijih nikel. Pasokan bijih nickel nantinya akan berasal dari anak usaha Central Omega, yakni PT Itamatra Nusantara dan PT Mulia Pacific Resources.

Feni menjelaskan, hingga saat ini dana investasi smelter tahap I yang sudah terserap mencapai US$ 70 juta dari total investasi US$ 90 juta. Investasi smelter tahap I menggunakan dana internal perseroan sebesar US$ 50 juta, sisanya merupakan pinjaman dari Bank Exim US$ 40 juta.

Saat ini saham CORII dimiliki 60% oleh Central Omega, dan sebanyak 40% dimiliki PT Macrolink Nickel Development (MND), kelompok usaha Macrolink. Pembangunan smelter NPI dilakukan tiga tahap, dimana pada tahap pertama menggunakan teknologi blast furnace dengan tiga pembangkit listrik masing-masing berkapasitas 3 megawatt.(RA)