JAKARTA – Genting Oil Kasuari Pte Ltd diminta segera melakukan revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) Blok Kasuri. Salah satu yang harus direvisi adalah biaya pengembangan blok tersebut yang dinilai masih sangat tinggi.
“Itu PoD-nya sudah disampaikan ke kita, tapi sedang evaluasi. Kita kembalikan karena kelihatannya biaya pengembangannya terlalu mahal,” kata Fatar Yani Abdurrahman Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kepada Dunia Energi, baru-baru ini.
SKK Migas menilai efisiensi masih bisa dilakukan Genting Oil. Dalam PoD yang disampaikan perusahaan minyak dan gas asal Malaysia tersebut biaya pengembangan satu sumur bisa mencapai antara US$ 80 juta-US$85 juta.
Menurut Fatar, berdasarkan perhitungan SKK Migas dengan patokan harga minyak dalam dua tahun terakhir maka biaya pengembangan sumur seharusnya tidak sampai sebesar itu.
“Itu menurut kita mahal, karena dia menggunakan referensi ketika eksplorasi pada 2012 – 2013, harga minyak masih tinggi. Jadi menurut kita itu seharusnya US$ 30 juta cukup. Itulah kira-kira, kenapa kita kembalikan,” kata dia.
Fatar menambahkan saat ini SKK Migas terus berkoordinasi dengan Genting Oil terkait efisiensi yang harus dilakukan. Genting Oil misalnya mengusulkan adanya instalasi kompresor.
“Padahal ini kan baru produksi awal. Produksi awal itu biasanya tekanan masih tinggi. Kompresor sendiri itu harganya sampai US$ 200 juta . Nah kita bilang itu tidak perlu kompresor, ” ungkap dia.
Efisiensi biaya menjadi suatu keharusan bagi pengembangan Blok yang diproyeksi mampu memproduksikan gas mencapai 285 juta meter kaki kubik perhari (MMSCFD). Pasalnya jika harga atau biaya tinggi maka harga gas untuk konsumen juga akan ikut naik.
Hingga ini baru PT Pupuk Indonesia yang menyatakan minat untuk bisa menyerap gas Kasuri. Namun sayangnya harga yang disanggupi Pupuk Indonesia terbilang rendah, yakni hanya US$ 3 per MMBTU. Sementara harga keekonomian yang diajukan Genting sekitar US$ 6-7 per MMBTU.
“Pupuk ini harganya terlalu murah, jadi keekonomiannya masih belum masuk. Ini masih dalam tahap pembicaraan untuk monetisasinya. Belum kita putuskan yang mana,” kata Fatar.
Selain karena belum adanya titik temu terkait harga jual gas dan tingginya biaya pengembangan masalah teknis juga menjadi faktor utama molornya pengembangan Blok Kasuri. Genting dinilai terlambat melakukan pengeboran sehingga berdampak pada membengkaknya biaya.
“Dulu mereka terlambat pemboran, yang seharusnya bisa diselesaikan mungkin dalam 4-5 bulan, dia selesaikan dalam 1 tahun. Itu juga menyebabkan biaya eksplorasi jadi tinggi,” tandas dia.(RI)