JAKARTA – Setelah beroperasi mengandalkan bahan bakar minyak (BBM) sejak sembilan tahun lalu, kini Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera berkapasitas 2×20 megawatt (MW) mulai menggunakan gas untuk menghasilkan listrik. PLTG yang berlokasi di Jalan Poros Samarinda-Bontang di Kutai Kartanegara dan mulai beroperasi sejak 2009 mendapat pasokan gas melalui penyaluran gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dengan moda transportasi trucking pertama kali di Indonesia.

Machnizon, Direktur Bisnis Regional Kalimantan PT PLN (Persero), mengatakan metode suplai LNG dengan sistem ini merupakan salah satu terobosan untuk meraih wilayah terpencil yang tidak terjangkau pipa.

Masuknya LNG akan membuat PLN dapat menghemat biaya energi primer sebesar Rp70 miliar per tahun. Penggunaan LNG juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit sebesar 38%,” kata Machnizon, Selasa (31/7).

PLTG Sambera akan memperkuat pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat Kalimantan Timur, khususnya di Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong yang menjangkau 20.000 kepala keluarga.

Beroperasi PLTG Sambera dengan menggunakan gas merupakan hasil sinergi BUMN antara PLN dengan PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, yakni PT Pertagas Niaga. Sumber gas berasal dari kilang LNG milik PT Badak LNG.

Machnizon mengatakan kontrak pembelian LNG memiliki jangka waktu 5 tahun dengan skema Build, Operate, Transfer (BOT) dalam penyimpanan dan regasifikasi LNG.

Selain itu, Pertagas Niaga juga akan menyediakan fasilitas pengisian skala kecil sehingga dapat dikirimkan dengan moda transportasi trucking ke PLTG Sambera.

“Fasilitas penyimpanan dan regasifikasi LNG ini dibangun dan dioperasikan PTGN dengan bentuk kerjasama operasi dengan PT Dharma Pratama Sejati,” ungkap Machnizon dalam keterangan tertulisnya.

Dia menambahkan dengan LNG, performa pembangkit akan semakin meningkat dan keandalan mesin terjamin. “Selain itu, penggunaan LNG lebih ramah lingkungan karena akan mengurangi emisi gas buang, produksi limbah B3 dan pemakaian air tanah,” tandas Machnizon.

Saat ini, kondisi kelistrikan di Kalsel, Kalteng dan Kaltim mengalami surplus pasokan listrik sebesar 487,4 MW dimana daya mampunya mencapai 1.537 MW dengan beban puncak di Sistem Kaltim sebesar 451,2 MW dan Sistem Kalselteng sebesar 598,4 MW. Adapun rasio elektrifikasi Kaltim mencapai 94,55% dan ditargetkan 100% pada 2021.(RI)