JAKARTA – Sinergitas badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di sektor energi, dinilai akan memperpendek mata rantai di midstream, dengan menyatukan transportasi dan distribusi menjadi satu badan usaha.

“Ide sinergitas Pertamina dan PGN tentu meningkatkan pangsa pasar, aset dan investasi. Namun belum menyelesaikan secara komprehensif persoalan harga gas yang mahal,” kata Syamsir Abduh, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), kepada Dunia Energi, Rabu (14/9).

Pipa gas PGN.

Menurut dia, sinergi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN dengan PT Pertamina (Persero) masih belum menjamin harga gas bumi domestik untuk industri menjadi lebih murah. Pasalnya, hingga saat ini masih ditemui sejumlah masalah terkait harga gas.

Masalah tersebut antara lain, ketiadaan transparansi harga gas dari hulu sampai hilir dan mata rantai gas terlalu panjang, mulai dari trader,  transporter transmisi, hingga transporter distribusi.

Masalah lainnya, lanjut Syamsir, kemampuan bayar industri pengguna gas berbeda. Sektor hulu gas juga masih mahal.

“Lalu, kontrak jangka panjang bagi lapangan yang sudah mature/pay of time, belum diterapkan,” tandas Syamsir.(RA)