LAPANGAN Sukowati di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur diproyeksikan memberikan kontribusi signifikan bagi PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) yang merupakan kontraktor kontrak kerja sama di bawah supervisi dan koordinasi SKK Migas. Maklum, lapangan migas yang sebelumnya di bawah pengelolaan Joint Operating Body Pertamina Hulu Energi-PetroChina East Java Ltd, itu sempat menembus level produksi di atas 40 ribu barel per hari pada 2011-2012. Namun, selepas itu, produksi Lapangan Sukowati terus turun sampai puncaknya pada kuartal I 2018 yang hanya mencapai level di bawah 6.800 barel per hari (bph).

Sejak Pertamina EP, melalui Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field, mengelola secara resmi Lapangan Sukowati per 20 Mei 2018, secara perlahan produksi minyak lapangan tersebut mulai naik. Berawal di level 7.000 bph kemudian meningkat ke 7.500 bph, 8.000 dan kini sudah mencapai level produksi 10.000 bph. Manajemen Pertamina EP awalnya memproyeksikan produksi Lapangan Sukowati di level 8.500 bph sampai akhir 2018, tapi ternyata kemampuan pekerja Pertamina EP mampu mendongkrak produksi lapangan tersebut. Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero)—yang belum lama ini menggantikan Syamsu Alam—bahkan memuji capaian kinerja operasi produksi para pekerja Pertamina EP di Lapangan Sukowati sebagai tindakan yang sangat brilian. Tak heran bila Dharmawan, yang mantan Country Director BP Indonesia itu, memproyeksikan lapangan Sukowati bisa mencapai level produksi 20.000 bph.

Untuk mengetahui bagaimana upaya Pertamina EP bisa meningkatkan kembali produksi Lapangan Sukowati setelah diambilalih pengelolaannya dari operator sebelumnya (JOB PPEJ), berikut wawancara  Dunia-Energi dengan General Manager Pertamina EP Asset 4 Agus Amperianto. Petikannya.

 

Agus Amperianto, GM Pertamina EP Asset 4. (Foto: Dunia-Energi/Tatan A Rustandi)

Produksi minyak dari Lapangan Sukowati terus meningkat, bahkan per 3 September 2018 sudah mencapai level di atas 10.000 bph. Bisa Anda jelaskan apa faktor penyebab produksi minyak Lapangan Sukowati terus meningkat?
Alhamdulillah, produksi Sukowati bisa meningkat dengan menerapkan kaidah good petroleum practice dengan sinergi/kolaborasi antartim dan fungsi di Asset 4 Pertamina EP (PEP) serta semua pemangku kepentingan dan tentunya dengan dukungan penuh BOD (board of director) Pertamina EP.

Bukankah pada kuartal I 2018, saat Lapangan Sukowati masih dikelola JOB PPEJ, produksi minyak masih di bawah level 6.800 bph? Kok bisa begitu cepat produksi menembus level 10.000 bph?
Pada saat serah terima beberapa sumur pada posisi suspended menunggu perawatan yang disebabkan oleh downhole problem/ kerusakan pompa ESP, dan kenaikan  kadar air yang sudah mendekati 100%.  Kami kemudian mulai melakukan upaya-upaya untuk merawat sumur-sumur tersebut dengan melakukan penggantian pompa pada sumur SKW-25, SKW-22, SKW-12A, SKW-32 sera melakukan stimulasi dan melakukan upaya perbaikan bonding semen agar air tidak cepat menerobos keluar. Untuk perbaikan bonding semen sudah dilakukan di sumur-sumur SKW-14, SKW-27, dan SKW-19.

Bagaimana hasilnya?
Alhamdulillah, upaya perbaikan bonding semen tersebut memperoleh hasil yang sangat baik bahkan ada satu sumur yang bisa produksi 1.700 bph dengan kadar air 0% dengan menggunakan choke 30/64” setelah perbaikan  tersebut.

Tentu perlu strategi dan upaya ekstra untuk menaikkan produksi minyak yang terus menurun dan sejumlah sumur dibiarkan tidak dirawat oleh operator lama. Apa strategi Anda waktu itu agar produksi minyak naik kembali lagi?
Ada beberapa kegiatan yang kami lakukan. Pertama, melakukan sinergi semua fungsi yang terlibat untuk mendukung upaya peningkatan produksi Sukowati. Kedua, melakukan workshop untuk mereview kondisi sumur-sumur di Sukowati dengan melibatkan juga team SKK Migas untuk akar masalah dan solusinya untuk peningkatan produksi di Sukowati. Salah satu akar masalah dari sisi subsurface yang paling memengaruhi produksi Sukowati adalah bonding semen yang buruk di sebagian besar sumur Sukowati. Ketiga, mencari metode terbaik untuk menyelesaikan akar masalah tersebut dengan mengundang expert baik dari penyedia jasa, KKKS yang mempunyai pengalaman sejenis dan SKK Migas sehingga diperoleh metoda terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut dan kemudian diaplikasikan di dua sumur sebagai pilot. Keempat, mengatasi masalah surface/production facility agar tidak terjadi back pressure dalam memproduksikan sumur-sumur di Sukowati. Kelima, menambah rig service untuk untuk menunjang/mempercepat eksekusi program sumuran.

Apakah target produksi Sukowati sepanjang tahun ini masih dipertahankan di level 8.500 bph? Ataukah ada revisi?
Untuk Target WP&B Sukowati Field sebesar 5.345 bph dan kami di-challenge lagi saat Forum GM di Prabumulih, Sumatera Selatan menjadi 6.214 bph. Namun dengan melihat potensi sumuran yang ada, tim Asset 4 memiliki internal target sendiri untuk dapat mencapai 12.000 bph.

Berapa rerata cost of production per barel minyak dari Lapangan Sukowati per akhir Agustus lalu? 
Cost of Production (Oil & Gas) per Juli 2018 sebesar US$11,67.
Cost of Production (Oil) per Juli 2018 sebesar US$ 11,43.
Cost of Production (Gas) per Juli 2018 sebesar US$11,97.
Cost of Production Agustus masih on progress closing.

Apa upaya Anda dan tim dari Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field agar target produksi hingga akhir tahun tercapai?
Upaya yang dilakukan adalah menghidupkan kembali sumur-sumur suspended, melakukan perawatan dan stimulasi sumur-sumur yang menurun performansnya, dan  mengganti peralatan produksi sumur yang rusak, serta rencana penambahan rig service menjadi tiga unit untuk speed-up pengerjaan program sumuran. Pelaksanaan program tersebut akan ditempuh dengan program jangka pendek, menengah, dan Panjang. Program jangka pendek ada beberapa langkah. Pertama, menambah jumlah rig untuk melaksanakan program kerja yang telah disusun. Pertamina Asset 4 telah berkoordinasi dengan salah satu anak perusahaan Pertamina (PT PDSI) untuk penambahan dua rig dan total menjadi tiga rig yang bekerja di Sukowati Field sehingga program kerja dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Kedua, melaksanakan program kerja sumuran di antaranya :
Optimasi lifting/artificial lift : SKW-34, SKW-15 & SKW-19; dan
Konversi lifting : SKW-12A, SKW-32, SKW-35; menghidupkan kembali sumur-sumur off : SKW-14, SKW-27; work over : SKW-5, SKW-6, SKW-12, SKW-33, SKW-16; dan stimulation/pengasaman SKW-25, SKW-15, SKW-35, SKW-19, SKW-21, SKW-22ST, dan SKW-31.  Untuk program jangka menengah terdiri atas tiga kegiatan. Pertama, kajian teknologi baru water shut off, Huff and Puff dengan menggunakan Nitrogen : SKW-11, SKW-20, SKW-10, SKW-1, dan SKW-9ST. Kedua, melakukan kajian pemasangan gas kompressor untuk sumur-sumur yang menggunakan gas lift sebagai booster untuk menaikan tekanan gas injeksi : SKW-28, SKW-22ST, dan SKW-7. Ketiga, melakukan pemboran baik itu untuk sumur produksi maupun sumur injeksi : SKW-I03, SKW-PX1, SKW-PX2.  Program jangka panjang. Ada dua kegiatan yang dilakukan. Pertama, melakukan kajian EOR CO2 Injeksi terkait dengan adanya produksi CO2 di Lapangan Jambaran-Tiung Biru. Kedua, melakuka kajian mengurangi Debottle necking di fasilitas produksi di antaranya pemasangan EPF di Sukowati PAD A & B untuk sumur-sumur natural flowing.

Apa kendala dan tantangan yang mungkin muncul di lapangan terkait dengan  upaya peningkatan target produksi tersebut?
Diperlukan sinergi di antara semua fungi yang terkait serta diperlukan kesabaran terutama untuk pekerjaan perbaikan semen bonding agar dihasilkan semen bonding yang sempurna dan produksi bisa meningkat.

Bagaimana posisi produksi Sukowati Field per akhir Agustus 2018  dibandingkan field lain di Pertamina EP Asset 4?
Produksi Field Sukowati memberikan kontribusi paling besar terhadap Total Produksi PEP Asset 4, yaitu sebesar ± 55%.  (DR)