JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan menjadi pemasok utama bahan bakar pesawat atau avtur Bandara Internasional Jawa Barat. Untuk itu, Pertamina menyiapkan investasi sebesar US$ 36 juta untuk membangun Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) berkapasitas 12 ribu kiloliter (KL).

M. Iskandar, Direktur Pemasaran Pertamina, mengatakan pembangunan depot akan dilakukan dua tahap. Pada tahap pertama fasilitas tersebut akan mampu menampung 6 ribu KL. Setelah seluruh tahap rampung, depot akan menampung sekitar 12 ribu KL. Pembangunan dilakukan bertahap karena saat awal operasional bandara biasanya tidak langsung beroperasi penuh. Untuk itu penyediaan bahan bakar disesuaikan dengan volume jadwal penerbangan.

“Volume bertahap, prediksi kita starting operation sekitar 400 KL per day. Tahap pertama 6 ribu KL. Kalau kita sediakan biasanya 20 hari jadi total kapasitas yang siap sekitar 8 ribu KL-12 ribu KL,” kata Iskandar usai penandatanganan perjanjian pembangunan dan pengelolaan DPPU Bandara Jawa Barat di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (4/5).

Pertamina akan menerapkan proses pengisian bahan bakar melalui metode hydran system yang akan menggunakan sistem pipa bawah tanah dari DPPU ke parking stand di apron, seperti halnya di Bandara Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Kuala Namu dan Juanda.

Menurut Iskandar, ada beberapa pilihan pasokan avtur untuk Bandara Jawa Barat. Selain membuat pipanisasi baru yang menghubungkan dengan bandara dengan Kilang Balongan, alternatif lain adalah dengan metode subsidi silang menyalurkan avtur dari Bandara Soekarno-Hatta.

“Pasokan bisa dari Kilang Balongan dengan panjang pipa 60 km, atau dari Bandara Soetta jadi subsidi silang. Prioritas yang direncanakan dari Balongan,” ungkap dia.

Saat ini tahap konstruksi DPPU sudah mencapai 40% dan ditargetkan pembangunan selesai sesuai penyelesaian pembangunan bandara pada kuartal I 2018.

Iskandar mengatakan dana besar yang disiapkan Pertamina sudah sesuai dengan nilai keekonomian proyek. Apalagi berdasarkan prediksi, bisnis aviasi masih sangat menjanjikan, terutama dalam tiga tahun ke depan. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan kebutuhan masyarakat akan transportasi udara terus meningkat.

“Kami rapat di Kemenko Perekonomian. Dampak inflasi tahun lalu pengaruhnya besar di penerbangan, ini menunjukkan daya beli masyarakat naik signifikan. Yang dulu andalkan darat laut,” kata Iskandar.

Virda Dimas Eka Putra, Direktur Utama PT Bandara Internasional Jawa Barat, mengatakan Bandara Jawa Barat diproyeksikan menjadi salah satu bandara terbesar di Indonesia. Jawa Barat sebagai provinsi terpadat di Indonesia merupakan nilai plus bagi keberadaan bandara, sehingga bisnis depot bahan bakar sangat sesuai dan memenuhi nilai keekonomian.

“Bandara Jawa Barat ada di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, jadi secara business to business memang sangat masuk secara komersial,” kata Virda.

Pada tahun pertama pengoperasiannya Bandara Jawa Barat akan melayani 10 rute penerbangan domestik, empat rute penerbangan internasional dan satu penerbangan umrah dan haji.(RI)