Pertamina juga akan mengembangkan green refinery di Kilang Dumai, menyusul keberhasilan pengembangan di Kilang Plaju.(Foto/Dunia-Energi/Alfian)

PLAJU – Konversi Kilang Plaju menjadi green refinery pertama di Indonesia telah dilakukan PT Pertamina (Persero) melalui serangkaian kajian dan ujicoba. Pada Agustus – September 2018, telah dilakukan ujicoba dengan metode Advanced Cracking Evaluation (ACE) Test yang menunjukkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) berpotensi dapat diolah di Kilang Plaju dengan skema co-processing.

Co-Processing merupakan salah satu opsi metode produksi green-fuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan menjadi green fuel.

Pada Oktober – November 2018, dilanjutkan penyiapan berbagai sarana dan prasarana seperti line, tangki dan jetty serta sekaligus menyiapan dry stock RBDPO. Pada Desember 2018, telah dilakukan ujicoba skema co-processing dengan injeksi RBDPO secara bertahap 2,5 hingga 7,5%. Hasilnya cukup menggembirakan, karena bisa memproduksi bahan bakar ramah lingkungan dengan octane number hingga 91,3.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan saat ini unit RFCC Kilang Plaju yang berkapasitas 20,5 Million Barel Steam Per Day (MBSD) mampu menghasilkan green fuel yang lebih ramah lingkungan sebanyak 405 ribu barel per bulan setara 64.500 kilo liter per bulan.

“Selain itu, kilang ini juga menghasilkan produksi elpiji ramah lingkungan sebanyak 11.000 ton per bulan,” ujar Nicke saat mendampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di Refinery Unit (RU) III Plaju, Sumatera Selatan, Kamis (17/1).

Menurut Nicke, Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang berhasil mengimplementasikan Co-Processing CPO (Crude Palm Oil) menjadi Green Gasoline dan Green LPG untuk skala komersial.

“Keberhasilan green refinery di Plaju, akan terus dikembangkan pada kilang lainnya seperti Kilang Cilacap, Balongan dan Dumai. Bahan bakar yang dihasilkan pun akan diperluas seperti green avtur dan green diesel yang lebih ramah lingkungan,” kata Nicke dalam keterangan tertulisnya.

Pertamina dalam jangka panjang telah menjalin kerja sama dengan ENI, perusahaan minyak asal Italia yang menjadi pelopor konversi kilang pertama di dunia, untuk mengembangkan kilang-kilang Pertamina menjadi green refinery. Pertamina juga menjajaki kerja sama dengan PTPN untuk suplai kelapa sawit sebagai bahan baku green-fuel, agar bahan bakar yang dijual tetap terjangkau bagi masyarakat Indonesia.(AT)