JAKARTA – Analisa data Electricity Supply Monitoring Initiative (ESMI) menunjukkan rata-rata durasi listrik padam di wilayah Jabodetabek mencapai 2 jam 9 menit per bulan. Apabila dibanding besaran Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) tahun 2017, beberapa lokasi merekam lama gangguan yang lebih kecil dibandingkan nilai TMP area atau rayon terdekat.

“Untuk Area Distribusi Jakarta Raya, lama gangguan menurut pantauan ESMI lebih kecil dibanding TMP 2017 (5 jam/bulan),” kata Marlistya Citraningrum, Institute for Essential Service Reform (IESR), di Jakarta, Selasa (25/7).

Lokasi pemantauan ESMI di Cibinong memiliki lama gangguan rata-rata lima jam per bulan, Transmisi Listriklebih besar dibanding TMP Rayon Cibinong sebesar dua jam 30 menit. ESMI merupakan sebuah inisiatif pemantauan kualitas listrik pada pelanggan yang dikembangkan Prayas Energy Group, sebuah NGO di India.

Di Kupang, rata-rata pemadaman listrik jauh lebih tinggi dibandingkan area Jabodetabek, mencapai 13 jam 9 menit per bulan. Angka ini jauh lebih besar dibanding TMP Rayon Kupang, yakni 10 jam per bulan.

“Perbedaan pola konsumsi listrik Jabodetabek dan Kupang juga terlihat, dimana banyak lokasi di Jabodetabek mengalami MCB trip (sekring turun), sementara di Kupang tidak ditemukan kasus ini,” ungkap Marlistya.

Fenonema MCB trip ini dapat disebabkan karena penggunaan alat elektronik yang banyak dalam waktu bersamaan atau ketidakstabilan tegangan.

Tegangan listrik yang masuk kategori rendah (<210 V) juga direkam di lokasi pemantauan ESMI, terutama di wilayah padat penduduk dan pemukiman yang berdekatan dengan area industri. Tegangan merupakan penanda kualitas listrik yang tidak terlihat, dan tegangan rendah yang terekam di beberapa lokasi pemantauan ESMI menunjukkan bahwa kualitas listrik di tingkat pelanggan masih perlu diperbaiki.

Sesuai TMP 2017 untuk Area Distribusi Jakarta Raya dan Rayon Kupang, tegangan yang di tingkat pelanggan seharusnya paling rendah 198 V. Meski demikian, beberapa lokasi pemantauan ESMI merekam tegangan di bawah 180 V.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, mengatakan pemerintah telah memiliki komitmen untuk melistriki 100% wilayah di Indonesia. Namun, komitmen tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas listrik di daerah-daerah yang berlistrik.

“Hasil ESMI menunjukkan kualitas infrastruktur ketenagalistrikan masih harus dibenahi dan diperkuat. PLN harus memberikan perhatian terhadap kualitas dan kehandalan jaringan distribusi. Dengan demikian, pelanggan tidak dirugikan atas dampak yang terjadi dari kualitas listrik yang buruk,” tandas Fabby.(RA)