JAKARTA – Setelah gagal menembus level psikologis US$50 per barel pekan lalu, harga minyak dunia masih berpotensi menguat pasca keputusan organisasi negara-negara eksportir minyak (OPEC) untuk menahan produksi.

“Potensi harga minyak dunia naik itu cukup besar. Negara produsen minyak sudah berada pada titik bertahan yang maksimal,” ujar Ibrahim Hasyim, Ketua Alumni Akademi Minyak dan Gas, Senin (3/10).

OPEC pada Rabu (28/9) mencapai kesepakatan bersejarah untuk memangkas produksi minyak dari 33,24 juta barel per hari ke kisaran 32,5 juta hingga 33 juta barel per hari. Kesepakatan tersebut menandai pemotongan produksi pertama di antara anggota OPEC dalam delapan tahun terakhir.

“Pertemuan OPEC beberapa hari yang lalu telah menyepakti pemangkasan produksi untuk mengurangi suplai. Dan iti diharapkan berdampak pada kenaikan harga,” kata Ibrahim.

OPEC memutuskan untuk membentuk komite tingkat tinggi, yang terdiri dari wakil 14 negara anggota, untuk mempelajari dan merekomendasikan pelaksanaan tingkat produksi masing-masing negara anggota.

Komite juga akan mengembangkan konsultasi tingkat tinggi antara OPEC dan non-OPEC, termasuk mengidentifikasi risiko dan mengambil langkah-langkah pro-aktif yang akan memastikan pasokan minyak di pasar tetap terjaga secara berkelanjutan.

Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November pada Jumat pekan lalu tercatat berada di level US$48,24 per barel. Sementara itu, patokan Eropa, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman November berada di level US$49,06 per barel.(RA)