JAKARTA– Kendati sempat menguat di pasar Amerika Serikat pada Selasa (18/7), harga minyak mentah kembali melandai di pasar Asia. Salah satu pemicu pelemahan harga minyak global adalah naiknya stok minyak yang mengejutkan di AS.

Laporan yang dilansir Bloomberg pada Rabu (19/7) pukul 8 pagi, harga minyak mentah berjangka di AS, West Texas Intermediate (WTI) turun menjadi US$ 46,43 per barel dari penutupan Selasa di level US$ 46,59 per barel.

American Petroleum Institute (API) mengabarkan, persediaan minyak AS naik 1,6 juta barel dalam sepekan per 14 Juli menjadi 497,2 juta barel. Proyeksi ini meleset dari perkiraan analis yaitu akan terjadi penurunan 3,2 juta barel. Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) akan merilis laporan resmi stok minyak pada hari ini.

“Kami terjebak dalam rentang itu sehingga sulit untuk keluar tanpa faktor politik ikut bermain,”kata Matt Stanley, broker minyak di Freight Investor Services, seperti dilansir CNBC.

Kendati begitu, harga minyak diperkirakan cenderung berada di rentang level US$ 45-47 per barel. Hal ini ditopang oleh laporan mengatakan Arab Saudi sedang mempertimbangkan upaya lebih lanjut untuk membatasi ekspor minyak mentah. Financial Times mengutup sumber di Petroleum Policy Intelligence menyatakan, Arab Saudi kemungkinan akan memangkas ekspor minyak mentah hingga satu juta barel per hari. Sementara itu, dolar AS yang lebih lemah membuat minyak yang dihargakan dalam mata uang dolar lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Sentimen positif harga minyak juga datang dari permintaan yang kuat di China. Tapi, pasokan di pasar juga melimpah dan pedagang memberikan diskon besar harga. Padahal, Arab Saudi mempertimbangkan untuk mengurangi ekspor minyak mentah hingga 1 juta barel per hari. Arab Saudi akan memangkas pengiriman minyak mentah ke pelanggannya pada Agustus lebih dari 600.000 barel per hari. Hal itu dilakukan untuk menyeimbangkan kenaikan konsumsi domestik selama musim panas, namun tetap berada dalam komitmen produksi OPEC.

Badan Energi Internasional (IEA) mengeluarkan prospek kuat untuk permintaan minyak global, dengan mengatakan bahwa konsumsi di Tiongkok, Jerman dan Amerika Serikat meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Namun harga minyak dunia turun pada Senin (17/7) lalu karena para investor khawatir tentang kenaikan produksi minyak mentah Amerika Serikat.

Kantor berita Xinhua mengabarkan dari laporan Badan Informasi Energi AS (EIA), produksi minyak di beberapa daerah minyak serpih (shale oil) AS akan meningkat 113.000 barel per hari. (DR)