JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengklaim tidak ada kebijakan yang sengaja menahan distribusi bahan bakar minyak (BBM) penugasan, jenis Premium di pasaran sehingga menyebabkan kelangkaan. Kondisi yang ada justru terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat, sehingga seakan-akan Premium tidak disalurkan.

Muchamad Iskandar, Pelaksana Tugas Direktur Pemasaran Retail Pertamina, mengungkapkan masyarakat telah terlanjur beralih ke BBM jenis Pertalite, karena selisih harga antara Pertalite dan Premium tidak terlalu jauh. Namun seiring perubahan harga minyak dunia yang memaksa Pertamina menaikkan harga BBM sesuai degan harga keekonomian membuat selisih harga Premium dan Pertalite makin jauh.

Kondisi itu yang menyebabkan masyarakat berpikir ulang untuk menggunakan BBM non penugasan, karena Premium dinilai lebih terjangkau.

“Itu kembali ke aspek market, waktu harga rendah orang geser ke sana (Pertalite) semua, sehingga laku ke Pertalite. Tiba-tiba Premium ditahan (harganya), Pertalite naik. Akhirnya orang kembali ke Premium,” kata Iskandar saat ditemui di Gedung DPR, Selasa (10/4).

Selain itu, Pertamina hanya menjalankan arahan pemerintah untuk  mempersiapkan diri untuk mengimplementasikan BBM dengan kualitas lebih baik. Untuk itu, infrastrukturnya juga harus disiapkan. Sehingga sudah banyak infrastruktur yang dialihkan untuk menyalurkan BBM selain Premium.

“Kami akui banyak daerah yang sudah cerai, jadi tidak bisa kembali. SPBU kan tidak jual Premium lagi,” ungkap Iskandar.

Dia menambahkan saat konsumsi Premium naik, pasokan SPBU belum disesuaikan dengan realisasi konsumsi yang ada. Kondisi ini membuat kesan Pertamina menjatahi pasokan Premium.

“Seperti saat Pak Menteri kunjungan ke Jatim, SPBU dipasok empat hari sekali. Perilakunya memang seperti itu ( konsumsi Pertalite tinggi), Premium baru habis dikirim. Karena sudah geser ke Pertalite. Sekarang naik lagi (Premium), sudah ditambah lagi,” kata Iskandar.

Pemerintah sebelumnya menyatakan  ada kekurangan pesokan Premium, sehingga menerima keluhan masyarakat yang merasa susah untuk mendapatkan Premium di pasaran.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal  Migas Kementerian ESDM, mengatakan pada dasarnya pasokan atau stok Premium masih cukup aman, hanya saja terjadi peralihan pola konsumsi di masyarakat dalam jumlah besar dan waktu cepat yang mempengaruhi kemampuan infrastruktur dalam penyediaan Premium. Ini yang harus segera diantisipasi oleh Pertamina untuk kembali menyediakan kebutuhan masyarakat.

“Bukan ditahan pasokannya, kan kita mau ada konversi ke Pertalite. Namun karena harga minyak dunia naik, Pertalite naik masyarakat bailik ke Premium, tidak apa-apa toh stoknya masih ada kan,” tegas Djoko.(RA)