JAKARTA –  Pemerintah masih kesulitan untuk bisa mengotimalkan penerapan Energi Baru Terbarukan (EBT) di sektor transportasi. Hingga saat ini penerapan EBT lebih  didominasi untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor ketenagalistrikan.
Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengakui penerapan EBT di sektor transportasi cukup berat dan butuh usaha ekstra jika ingin mencapai target yang dicanangkan.
“Yang jadi tantangan itu di bidang transportasi. Kalau misalnya di bidang transportasi itu agak lambat untuk bauran energinya. Itu mungkin 23 % juga tidak akan bisa tercapai dengan penuh,” kata Jonan dalam rapat pembahasan Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN) bersama Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (20/9).
Dalam RUEN target bauran energi mix untuk EBT adalah sebesar 23%, sisanya akan dipenuhi oleh  minyak bumi sebesar 25%, batu bara 30% dan 22% berasal dari gas.
Jika dalam EBT Kementerian hanya berkoordinasi dengan PT PLN (Persero)  dalam penerapannya maka untuk sektor transportasi harus melalui koordinasi lintas kementerian serta industri.
Hingga saat ini Kementerian ESDM mencatat bauran EBT sudah mencapai 12% yang semua merupakan sektor ketenagalistrikan.
Upaya pemerintah untuk menerapkan EBT dalam transportasi baru terwujud melalui program B20 yang mencampur solar dengan FAME sebanyak 20%.
“Kalau kelistrikan, saya optimistis bahwa mudah-mudahan kurang lebih 23% bisa tercapai,” kata dia.
Lebih lanjut Jonan menyatakan untuk bisa mengoptimalkan EBT di transportasi saat ini regulasi untuk menstimulus pengembaangam mobil listrik sedang dipersiapkan pemerintah.
“Rancangan peraturan presiden sudah diajukan. Kami lagi menunggu dari semua stakeholder yang ada untuk pembahasannya, terutama kementerian terkait,” ungkap dia.
Pembangunan serta pengembangan EBT disektor ketenagalistrikan cukup masif dilakukan ini juga sejalan dengan pengerjaan mega proyek 35 ribu Megawatt (MW). Pemerintah bahkan mengklaim hingga saat ini sudah ada 60 Power Purchase Agreement (PPA) atau perjanjian jual beli listrik antara PLN dengan pengembang pembangkit listrik EBT dengan total potensi kapasitas listrik yang bisa dihasilkan sekitar 723 MW yang terdiri dalam bentuk pembangkit listrik bertenaga angin atau bayu, matahari atau solar, air atau hydro, serta biomassa.(RI)