JAKARTA – Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan alokasi biodiesel untuk periode Mei-Oktober 2018 sebesar 1,456 juta kiloliter (KL),  naik dibanding periode sebelumnya 1,407 juta KL. Alokasi biodiesel ditujukan untuk sektor transportasi, termasuk kereta api dan pembangkit listrik.

Seiring penetapan alokasi, pemerintah juga ikut meningkatan target campuran biodiesel dalam solar pada tahun ini sebesar 3,5 juta KL. Target tersebut diperkirakan akan tercapai karena ada perluasan penggunaan biodiesel di sektor pertambangan

Proyeksi Kementerian ESDM  dengan biodiesel 15% (B15) sektor pertambangan bisa menyerap biodiesel paling sedikit mencapai 421 ribu KL pada 2018. Rencananya penerapan biodiesel untuk pertambangan baru diimplementasikan secara full pada Juni.

Ada 19 perusahaan yang dipercaya untuk menyediakan dan menyalurkan biodiesel, diantaranya PT Pertamina (Persero) yang memiliki alokasi sebesar 1,426 juta Kl dan PT AKR Corporation Tbk 30 ribu KL.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan pada 2017 realisasi penyerapan biodiesel yang dicampur solar bersubsidi sebesar 15% (B15) hanya mencapai 2,86 juta KL.

Ke depan konsumsi diyakini meningkat karena sudah ada kesiapan dari kereta api untuk menyerap biodiesel dengan campuran 5% atau B5. Serta sektor pertambangan yang juga siap menyerap campuran B15.

“Kami proyeksinya ada tambahan 660 ribu KL per tahun. Anggaran itu terdiri dari PSO 2018 KAI untuk B5 dan B15 di pertambangan (Non PSO),” kata Rida dalam konferensi pers di kantor Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM di Jakarta, Kamis (19/4).

Menurut Rida, program pencampuran biodiesel dengan solar ‎membawa banyak manfaat, diantaranya mengurangi konsumsi solar, meningkatkan harga biodiesel, penghasil devisa dan mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga ramah lingkungan.

“Kenaikan CPO akan menguntungkan petani sawit bagaimana caranya mendongkrak harga biodiesel sendiri,” ungkap dia.

Untuk kereta api, saat ini sudah mulai menggunakan B5, dan sambil berjalan dilakukan uji coba untuk pemanfaatan B20.

“Arahan pak menteri jadi darinpada menunggu hasil B20, ya sudah jalanin saja kereta pakai B5 sambil B20 di ujicoba kan sudah pasti nerima kalau B5,” kata Rida.

Pemerintah lanjut Rida juga tidak hanya fokus terhadap peningkatan volume, namun juga kaulitas dari campuran itu sendiri sehingga road map penggunaan biodiesel tetap berjalan.

“Tidak sekedar volume tapi pada saatnya kami jamin kualitasnya. Kami buat pedoman bagaimama biodiesel sesuai dengan yang kami harapkan,” tandasnya.(RI)