JAKARTA– Sektor hulu PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, mencatatkan pendapatan positif sepanjang Januari-April 2018. Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan sektor hulu pertamina–eksplorasi dan eksploitasi migas, panas bumi, dan jasa pertambangan–mencatatkan pendapatan (unaudit) sebesar US$ 3.275 juta atau setara Rp 52 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS) hingga April 2018. Raihan pendapatan ini naik 52,7% dibandingkan periode sama 2017 sebesar US$ 2.438 juta.

“Realisasi pendapatan itu sekitar 45,1% dari proyeksi pendapatan sektor hulu sepanjang 2018 sebesar US$8.248 juta,” ujar Syamsu kepada Dunia Energi, Selasa (5/6).

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam (foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Syamsu tak bersedia menjelaskan realisasi laba bersih sektor hulu hingga April 2018. Dia beralasan, profit sektor hulu lebih baik dilihat pada akhir tahun karena belum seluruh biaya masuk. “Target laba bersih tahun ini sekitar US$ 800 juta (sekitar Rp11,2 triliun),” ujarnya.

Dia menyebutkan, PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), anak usaha Pertamina di sektor hulu yang baru dibentuk, memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan sektor hulu Pertamina. Namun, Syamsu tak menjelaskan berapa nilai dan persentase kontribusi PHI terhadap pendapatan sektor hulu.

PHI adalah perusahaan yang menjadi induk usaha atas PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), yang mengelola Wilayah Kerja Mahakam di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. PHM mulai mengelola Wilayah Kerja Mahakam pada 1 Januari 2018 setelah mengambilalih dari operator sebelumnya, yaitu Total E&P Indonesie, perusahaan asal Perancis. Produksi Wilayah Kerja Mahakam sepanjang Januari-Maret 2018 melampaui target Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Pertamina Hulu Mahakam karena kinerja yang optimal dari blok tersebut.

Dalam persetujuan Program Kerja dan Anggaran (WP&B) 2018 ,Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produksi Wilayah Kerja Mahakam 42,01 ribu bph dan 916 mmscf gas per hari. Angka tersebut direncakan dicapai dengan pengeboran sumur pengembangan sebanyak 69 sumur, 132 workover sumur, 5623 perbaikan sumur serta POFD 5 lapangan migas di WK Mahakam.

Meidawati, Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Pertamina, mengatakan produksi minyak di Blok Mahakam selama Januari hingga Maret 2018 mencapai 47 ribu barel per hari (bph). Padahal target perusahaan sepanjang tahun ini hanya 46 ribu bph.

Meidawati, SVP Upstream Strategic Planning and Operation Evaluatin Pertamina (Foto: Tatan A Rustandi/Dunia-Energi)

Peningkatan produksi juga terjadi pada gas. Sepanjang kuartal I 2018, Pertamina Hulu Mahakam memproduksi gas sebesar 1.027 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Padahal proyeksinya adalah 1.008 mmscfd.

Syamsu menambahkan, program prioritas produksi hulu Pertamina 2018 ada tiga. Pertama, mempertahankan produksi migas Blok Mahakam agar dapat memenuhi target RKAP dengan melakukan pengembangan Lapangan Tunu Shallow Phase 4, Handil Phase 5, Tambora Phase 5, minya 46 MBOPD, gas 1.008 MMSCFD. Kedua, menaikkan produksi Banyu Urip dari 87 MBOPD menjadi 90 MBOPD. Ketiga, menurunkan decline rate lapangan migas PEP dan PHE dengan melakukan pekerjaan pemboran sebanyak 108 sumur, well services termasuk program reaktivasi lapangan.

Hingga kuartal I 2018, produksi minyak Pertamina mencapai 386 ribu bph, naik 14% dibandingkan periode sama tahun lalualu 337 ribu bph.Sementara itu target dalam RKAP, sepanjang 2018 produksi minyak 400 ribu bph dan cenderung naik sejak 2014. Pada 2014, produksi minyak 270 ribu bph, lalu pada 2015 sebesar 278 ribu bph, 2016 sebesar 312 ribu bph, dan 2017 sebanyak 342 ribu.

Sementara produksi gas naik 55% dari 2.007 mmscfd menjadi 3.115 (year on year). Realisasi produksi ni juga naik dari RKAP 2018 sebesar 3.069 mmscfd. Produksi gas juga terus naik di bawah kepemimpinan Syamsu. Pada 2014, produksi sebesar 1.613 mmscfd, lalu pada 2015 menjadi 1.902 mmscfd, dan 2016 menjadi 1.961 mmscfd dan 2017 menjadi 2.035 mmscfd. (DR)