Panen rumput laut warga binaan PT Pertamina EP Field Tambun di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi.

Panen rumput laut warga binaan PT Pertamina EP Field Tambun di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi.

Pertamina EP Field Tambun menggulirkan “Taman Hutan Mangrove Muara Belacan”. Mengawinkan Penyelamatan Lingkungan dan Ekonomi.   

Statisik kerusakan lingkungan kerap bikin bergidik. Tengoklah hutan mangrove di pesisir Bekasi yang menyusut drastis. Dulu kalau berjalan menyusuri garis pantai  Bekasi sepanjang 37.829 km, dengan mudah kita jumpai hutan mangrove, terutama di tiga wilayah Kecamatan Babelan, Muara Gembong, dan Tarumajaya .  Kini, sudah banyak yang beralih fungsi menjadi tambak. 

Berdasarkan data Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan dan Pertambangan (DPDLP) Kabupaten Bekasi, pada 1943  hutan mangrove masih sekitar 15.444 hektar. Pada 2008 angkanya tinggal 2.080 hektar. Terakhir pada 2011 hanya sekitar 600 hektar.

Padahal, manfaat mangrove tak terkira.  Selain berfungsi menahan abrasi dari gempuran ombak laut, hutan mangrove adalah benteng keanekaragaman hayati sebagai habitat berbagai jenis satwa akuatik seperti ikan, udang, kerang, serta kelompok terestrial seperti insekta, reptilia, amphibia, mamalia, dan burung. Berbagai penelitian menemukan 12 jenis satwa melata dan amphibia, 3 jenis mamalia, dan 53 – 167 jenis burung mendiami hutan mangrove.

Tak terhitung kerugian yang  terjadi akibat terkurasnya hutan mangrove. Yang paling merasakan adalah nelayan  di sana. Tangkapan dari tahun ke tahun menurun drastis.  “Hidup dari tahun ke tahun semakin susah saja,” aku seorang nelayan.  Hasil  melaut hanya cukup untuk menghangatkan periuk nasi saja. Kalau lagi apes, untuk penggantisolar aja tak ada. 

Tegerak dengan  kondisi tersebut, Pertamina EP Field Tambun merancang  aksi penyelamatan hutan bakau (mangrove).  “Kami desain program yang berkelanjutan tak sekedar  menanam,”  ujar  Tambun Field  Manager, Abdullah.   

Yang lebih penting, program tersebut harus  berbasis kesadaran masyarakat. Tanpa itu, berapa banyak pun pohon bakau yang ditanam, ibarat menggarami lautan, tak akan bisa merimbunkan pesisir Bekasi. 

Upaya ini tentu tak mudah. Pada sebagaian masyarakat masih tertanam kekhawatiran , jika mangrove tumbuh subur, akan menyebabkan mereka  kehilangan tempat tinggal atau lahan garapan karena diambil Perhutani. Selain itu, mereka belum merasakan manfaat ekonomi secara langsung dari penanaman bakau   

Untuk  itulah, sejak program penyelematan bakau digulirkan pada Maret 2011, Staf CSR Field Tambun  kelililing desa,  dan berkordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi untuk melakukan sosialisasi, menyamakan persepsi semua stakeholders.  Biar tidak tumpang tindih, Field Tambun menyeiramakan programnya dengan gerakan “Ayo Menanam Mangrove“ yang digulirkan Pemkab setahun sebelumnya.

Selain sosialisasi, untuk menarik minat masyerakat, Field Tambun mencoba mengawinkan lingkungan dan ekonomi. Masyarakat didorong untuk melakukan pembibitan mangrove. Sebagai pilot project, dipilih Kelompok Usaha Tani Harapan Jaya.

Sampai saat ini telah dilakukan penguatan kelompok usaha tani serta pembangunan 5 unit bedeng pembibitan mangrove di  tiga Kecamatan di Kabupaten Bekasi dengan total pembibitan awal sebanyak 10.000 bibit mangrove. Kepada para anggota kelompok tani, juga telah diberikan pelatihan usaha budidaya mangrove, guna meningkatkan pengetahuan petani dalam upaya pengembangan budidaya mangrove

Bibit itu dijual  seharga Rp 1000 – Rp 2500,-.per batang. Adapun modalnya investasi sebesar Rp 500,- per bibit mangrove. Hasil penjualan saat ini dipergunakan untuk perluasan areal budidaya dan pengembangan usaha.  Dalam satu tahun, sampai 2012,  berhasil dijual  21. 500 bibit.

Untuk lebih memberikan manfaat ekonomi, dan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, PT Pertamina EP Asset 3  Field Tambun meluncurkan Program “ Pembangunan Taman Hutan Manggrove  Muara Belacan Berbasis Masyarakat“ di Desa Pantai Harapan, Kecamatan  Muara  Gembong, mulai 2013 sampai 2018. Selama lima tahun ditargetkan bisa ditanam 50 ribu bibit pada lahan seluas 25 hektar. Melihat akselerasinya yang bagus, target itu sangat mungkin terlampaui.  Field Manager Tambun, Abdullah optimis mangrove yang ditanam bisa mencapai 66 ribu batang dengan luas lahan 33 hektar.

Untuk melaksanakan  dan mengawal  program ini, Pertamina EP Field Tambun bekerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Kahuripan. Kepada anggota LMDH yang terlibat dalam program ini akan diberikan tanggung jawab penanaman dan perawatan mangrove minimal selama 2 tahun. Sebagai timbal baliknya, Pertamina EP Field Tambun memberikan bantuan modal dan  pelatihan untuk budidaya rumput laut, udang windu, dan bandeng.

Pada bulan Mei 2013 telah disebar 50.000  rumput laut, 500.000 benih udang, dan 50.000 bandeng. Tak sekedar melatih budidaya,  pelaksana program dan fasilitator tim berusaha mencarikan pasar untuk produk yang dihasilkan. Salah satunya adalah kerjasaama dengan PT Agarindo Bogatama yang bersedia menampung seluruh hasil produksi rumput laut, dengan tetap memperhatikan kualitasnya.

Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Kahuripan, Ahmad Taufik menyebutkan, budidaya rumput laut yang permodalaannya dibantu Pertamina EP menjadi  jalan bagi masyarakat untuk lebih sejahtera.  “Pada panen kemarin tiap anggota  Alhamdulillah dapat Rp 12 juta,” ujar  pria 37 tahun ini . Tiap anggota  panen hampir 200 ton dari lahan seluas 3 hektar. Oleh pembeli,  satu kilogram rumput laut dihargai Rp 6.000. Dalam setahun rumput laut bisa dipanen sampai tiga kali. 

Menurut  Taufik,  budidaya rumput laut sebenarnya  sudah dilakukan warga  sejak dulu. Cuma sifatnya masih  coba-coba.  “Kita  tidak tahu  cara melakukan budidaya rumput laut yang baik seperti apa,” ujarnya. Lebih parah lagi, setelah panen hasilnya dihargai murah. “Sebelum ini, harga  dimainin tengkulak,” ujarnya.   

Selain dari budidaya rumput laut, tambahan penghasilan datang dari  bandeng dan udang windu. “Bandeng sebentar lagi panen,” kata  bapak dua anak ini. Budidaya yang dilakukan  bisa disebut “thrre in one”.  Dalam lahan seluas 3 hektar, selain  rumpat laut , juga  ditebar bandeng dan  udang windu.

Sebagai modal awal,  Pertamina mengucurkan bantuan permodalan  Rp 8 juta tiap orang. Pada tahap pertama,  ada 21 orang  yang dapat bantuan. Pinjaman modal itu tidak akan dikembalikan kepada Pertamina, tapi akan menjadi dana  bergulir yang akan disalurkan  oleh LMHD pada anggota yang lain. “Melihat hasil perdana, saya optimis bantuan modal itu akan kembali,“ Taufik menambahkan.  

(Hidayat Tantan / tsuma25@yahoo.com)