JAKARTA – Pemerintah mendesak revitalisasi Kilang Dumai dan Balongan yang dikembangkan Saudi Aramco sebagai mitra PT Pertamina (Persero) untuk dipercepat, mengingat kebutuhan Indonesia akan storage sangat mendesak.

Luhut Binsar Pandjaitan, Pelaksana Tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan selama ini pergerakan Saudi Aramco terkesan lambat, justru progress kilang Tuban yang dikembangkan Pertamina dan Rosneft, perusahaan  asal Rusia terlihat lebih cepat.

“Itu yang tadi kita kejar. Aramco ini agak lambat prosesnya, malah sekarang yang cepat Rosneft dari Rusia.” kata Luhut seusai bertemu dengan delegasi dari Kerajaan Arab Saudi di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (24/8).

Wartawan Dunia Energi Raih Juara Pertama AJP 2015

Menurut Luhut, pemerintah menginginkan pengembangan kedua kilang itu bisa rampung pada 2021, namun Saudi Aramco menyanggupi penyelesaian pembangunan kilang baru bisa selesai pada 2022.

“Kita bilang kamu harus seperti Rosneft. Jangan hanya omong-omong doang, kita maunya konkrit,” tegas dia.

Lambatnya progress pengembangan kedua kilang diduga akibat anjloknya harga minyak dunia, sehingga mempengaruhi keuangan Saudi Aramco. Hal itu bisa dilihat dari syarat atau permintaan yang diminta Saudi Aramco untuk kilang Cilacap.  “Yang di Cilacap malah mereka minta share down dari 45% ke 30%,” ungkap Luhut.

Menurut Luhut, jika Saudi Aramco terkendala pendanaan, pengembangan kilang bisa diambil alih Pertamina. Perusahaan pelat merah tersebut dinilai mempunyai kemampuan, termasuk dari sisi finansial untuk melanjutkan proyek Dumai dan Balongan.  “Pertamina saja, Pertamina punya uang kok,” tandas dia.(RI)