Kegiatan konstruksi.

JAKARTA – Hingga pekan ketiga Februari 2013, sektor energi dan pertambangan belum tampak bakal pulih di Bursa Efek Indonesia. Bahkan minggu ini hampir seluruh saham berbasis minyak dan gas, batubara, serta pertambangan logam mengalami kelesuan. Penguatan tertinggi justru terjadi pada saham berbasis konstruksi dan properti.

Pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia kemarin, Rabu, 20 Februari 2013, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 32 poin. Sayangnya, tidak satu pun saham berbasis energi dan pertambangan yang menjadi top gainers. Sektor mining justru melorot 0,23%.

Penguatan terjadi pada sektor konstruksi dan properti sebesar 3,02%, paling tinggi di antara sektor lainnya. Disusul sektor perkebunan yang naik 1,23%, sektor industri dasar yang naik 1,22%, consumer goods 1,05%, sektor keuangan 0,51%, gabungan industri 0,57%, dan sektor perdagangan 0,72%.

Tercatat, satu saham sektor konstruksi yakni saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi top gainers pada perdagangan kemarin, bersanding dengan saham-saham perbankan yang banyak jadi incaran. Saham mining yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) justru menjadi salah satu top losers.

Meski demikian, analis dari eTrading Securities memperkirakan IHSG bakal mengalami jenuh beli pada perdagangan hari ini, Kamis, 21 Februari 2013. Para investor asing yang kemarin mencatatkan pembelian hingga Rp319,64 miliar, kemungkinan melakukan aksi jual untuk mendapatkan untung dari kenaikan harga saham-saham unggulan.

Dalam kondisi ini, Dunia Energi melihat adanya peluang saham-saham pertambangan mengalami rebound. Kemungkinan pasca mendapatkan keuntungan dari penjualan saham unggulan, investor akan kembali menempatkan modalnya di sektor energi dan pertambangan, yang memang menjanjikan gain atau keuntungan dalam jangka panjang.

Kelesuan sektor energy and mining sendiri banyak dipengaruhi oleh rendahnya harga komoditas, utamanya batubara dan mineral logam, kecuali emas. Krisis ekonomi di Eropa dan Amerika yang sedikit menular ke China, Korea, serta India, membuat permintaan akan komoditas tambang melemah.

Harga minyak pun saat ini bergerak malu-malu, menyusul berakhirnya musim dingin yang ekstrim di belahan Eropa dan Amerika. Namun karena sumber energi alternatif belum terlalu marak digunakan, diprediksi permintaan dan harga minyak akan tetap bergerak ke atas.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)