JAKARTA– PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor transmisi dan distribusi gas bumi, mencatatkan kinerja finansial positif sepanjang 2016. Saat PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS), emiten distribusi dan transmisi gas bumi, mencatatkan penurunan laba bersih hingga 24,14% pada 2016 menjadi US$ 304,32 juta dari US$ 401,19 juta pada 2015, Pertagas justru malah sebaliknya meraih kenaikan laba bersih 5,3% menjadi US$ 159,1 juta atau sekitar Rp 2,15 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS) dari sebelumnya US$ 151 juta.

Toto Nugroho, Direktur Utama Pertagas, mengatakan knerja baik dari sisi keuangan tersebut tak lepas dari stabilnya kinerja operasi yang dicatatkan. Sepanjang tahun lalu, Pertagas berhasil meningkatkan volume niaga gasnya dari 46.425 Billion British Thermal Unit (BBTU) pada 2015 menjadi 51.814 BBTU. Peningkatan lainnya juga dicatatkan melalui volume regasifikasi LNG dari 25.780 BBTU di 2015 menjadi 29.907 BBTU.

“Kami juga berhasil mentransportasikan gas sebesar 522,1 BSCF (Billion Standard Cubic Feet) dan memproses gas menjadi LPG sebesar 123.259 Ton sepanjang 2016,” ujar Toto di Jakarta, Rabu (22/3).

Toto mengatakan, raihan kinerja yang cukup positif tersebut menjadi kebanggaan bagi seluruh insan Pertagas. Apalagi, tahun ini perseroan genap berusia 10 tahun. “Kami berharap tahun ini Pertagas bisa meningkatkan lagi performa perusahaan, terlebih dengan telah diselesaikannya tiga proyek ruas pipa open access,” ujarnya.

Tiga proyek besar yang telah dituntaskan oleh Pertagas adalah ruas Belawan – Kawasan Industri Medan (KIM) – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sumatera Utara sepanjang 136,8 Km; ruas Muara Karang – Muara Tawar (MK-MT) sepanjang 32 Km yang melintas dari DKI Jakarta hingga Bekasi, Jawa Barat; serta ruas Porong – Grati sepanjang 56 Km yang membentang dari Kabupaten Sidoarjo hingga Kabupaten Pasuruan di Jawa Timur.

“Total investasi sepanjang 2016 mencapai US$ 168,6 juta yang dialokasikan untuk proyek pengembangan bisnis dan investasi guna meningkatkan kehandalan aset existing,” katanya.

Meneruskan agresifitas tahun lalu dalam pengembangan bisnis, tahun ini Pertagas melanjutkan pembangunan proyek antara lain proyek pipa gas ruas Gresik – Semarang, proyek pipa gas ruas Grissik – PUSRI, pipa gas Looping Gresik – Petromikia Gresik , dan jaringan gas rumah tangga di delapan kota.

Toto menegaskan, sebagai bentuk kontrubusi nyata bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional, fokus utama Pertagas adalah mempersiapkan secepat mungkin infrastruktur gas. “Kami berharap penyaluran gas dari produsen ke konsumen lebih mudah,” katanya.

Pertagas berdiri pada 23 Februari 2007 dengan lima lingkup bisnis. Pertama, transportasi gas dengan 44 ruas pipa open access yang memiliki total panjang lebih dari 2.000 km. Kedua, niaga gas yang meliputi membeli dan memasarkan gas produksi Pertamina EP, PHE/JOB, dan KKKS ke industri dan rumah tangga.

Ketiga, pemrosesan gas yang meliputi pemrosesan LPG dan produk ekstraksi lainnya melalui LPG Plant di Pondok Tengah Jawa Barat dan NGL Plant di Sumatera Selatan.

Keempat, regasifikasi LNG dengan membangun dan mengoperasikan terminal penerimaan dan regasifikasi LNG di Arun Lhokseumawe, Aceh.

Kelima, transportasi minyak dari ruas Tempino – Plaju dengan total panjang lebih dari 260 km.

Selain itu Pertamina Gas juga terus mengembangkan lini bisnisnya yakni CNG, Mini LNG Plant, LNG for Vehicle, Independent Power Producer (IPP) dan Jaringan Gas Kota. (DR)