JAKARTA – Penguatan harga minyak makin tidak tertahan setelah Rusia, salah satu produsen minyak utama dunia di luar OPEC berkomitmen untuk ikut serta membatasi produksi dalam upaya pemulihan harga minyak.

Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November menguat US$1,54 menjadi US$51,35 per barel di New York Mercantile Exchange pada penutupan Senin (Selasa pagi WIB). Harga minyak WTI mencatat level tertinggi sejak 15 Juli 2015. Demikian pula, patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember naik US$1,21 menjadi ditutup pada US$53,14 per barel di London ICE Futures Exchange, harga penutupan tertinggi sejak 31 Agustus 2015.

Sentimen positif dari pertemuan tingkat tinggi negara-negara produsen minyak di Istanbul, Turki membuat harga minyak bergerak pada teritori positif. Rusia melalui Presiden Vladimir Putin menyatakan kesiapannya untuk membatasi produksi minyak mentahnya.

“Rusia siap bergabung dalam langkah-langkah bersama untuk membatasi produksi dan meminta eksportir minyak lainnya untuk melakukan hal yang sama,” tegas Putin.

Menurut Putin, pembekuan dan pemangkasan produksi merupakan satu-satunya keputusan tepat untuk menjaga stabilitas harga minyak.

Khalid al-Falih, Menteri Energi Arab Saudi, penguatan harga minyak yang menuju ke level US$60 per barel bukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Harapan penguatan harga minyak didorong langkah intervensi yang dilakukan negara-negara pengekspor minyak (OPEC) yang mencapai kesepakatan pada 28 September untuk memangkas produksi minyak mentah.

OPEC diharapkan juga bisa menghasilkan kesepakatan yang lebih detail untuk mencapai target penurunan produksi menjadi 32,5 juta-33 juta barel per hari pada pertemuan di Wina, Austria pada 30 November 2016 mendatang.(AT)