PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero), mencatatkan kinerja positif dalam kegiatan eksplorasi. Kinerja eksplorasi yang utama dinilai dari penemuan sumberdaya minyak dan gas bumi (2C) setiap tahunnya, untuk menggantikan minyak dan gas yang telah diproduksikan. Kinerja penambahan 2C PHE naik rata-rata 17% dalam satu dekade terakhir, baik untuk minyak maupun gas. Kenaikan tertinggi terjadi sejak 2014  sebesar 35%. Perubahan proses bisnis dan struktur organisasi (dari asset-based menjadi function-based) yang terjadi sejak 2014, khususnya di PHE, memberikan dampak signifikan pada kinerja penambahan 2C. Pencapaian kinerja eksplorasi bukan hanya untuk menemukan sumberdaya, tapi juga ikut mendorong agar temuan-temuan eksplorasi tersebut bisa dikembangkan dan dikomersialkan.

Untuk mengetahui lebih jauh kegiatan eksplorasi PHE, Dunia-Energi mewawancarai Direktur Eksplorasi PHE Rudi Ryacudu di ruang kerjanya di Gedung PHE, Jakarta Selatan, baru-baru ini. Petikannya.

 

Apakah pencapaian kegiatan eksplorasi selama satu dekade PHE sesuai ekspektasi? 

PHE memproduksikan minyak dan gas sebanyak 68 MMBOE setiap tahunnya.Tugas eksplorasi adalah menemukan sumberdaya minyak dan gas minimal sejumlah yang diproduksikan tersebut di atas. Dari sisi ini, pada 2016 Direktorat Eksplorasi mampu menyediakan temuan 2C sebanyak 139 MMBOE, atau sekitar 200% dari jumlah minyak dan gas yang diproduksikan. Dengan demikian, secara best practice kinerja PHE melampaui ekspektasi.  Namun demikian, Direktorat Hulu Pertamina (“Hulu”) mengamanatkan Anak Perusahaan Hulu (“APH”) untuk menemukan 2C minimal 300% dari jumlah yang diproduksikan. Untuk itu, Direktorat Eksplorasi PHE berkomitmen untuk mencapai target sesuai amanat tersebut. Tahun ini, PHE menargetkan penambahan 2C sebanyak 186 MMBOE, dan berdasarkan prognosa pencapaian tahun ini, target tersebut akan terlampaui. Artinya pada 2017 PHE akan mampu memenuhi ekspektasi Hulu.

Berapa target penemuan cadangan migas baru? 

Target penambahan 2C setiap tahun akan menyesuaikan dengan proyeksi pertumbuhan perusahaan. Namun secara rule of thumb, eksplorasi akan berkomitmen untuk menemukan sumberdaya 2C tiga kali lipat dari angka yang diproduksikan.

Apa saja rencana kegiatan eksplorasi?

Produksi yang terus menurun di Blok WMO perlu dicarikan solusinya segera dengan mengebor target-target eksplorasi yang sudah proven dan dekat dengan fasilitas existing. Di samping itu, POD di Blok Nunukan yang sampai saat ini terkendala komersialitas, perlu didorong dengan temuan eksplorasi gas.

Apa kegiatan eksplorasi dalam jangka pendek?

Program eksplorasi untuk mendukung capaian jangka pendek antara lain sumur Boyo-1 di WMO, Sumur Parang-1 dan Keris-1 di Blok Nunukan. Dalam 1-3 tahun ke depan, beberapa blok PHE juga akan berakhir. Direktorat Eksplorasi bertugas membantu manajemen perusahaan mengevaluasi potensi blok-blok terminasi tersebut.

Program dalam jangka menengah?

Program Eksplorasi untuk mendukung sasaran jangka menengah ini antara lain Sumur Galena-2 di Blok Salawati dan 3 sumur di Blok NSO. Di dalam Aspirasi 2030, PHE diperkirakan “peak production” sekitar pada 2024, dengan produksi sekitar 125 MMBOE per tahun. Setelah itu secara konsolidasi produksi PHE akan terus turun sampai 2030 dan seterusnya.

Bagaimana kesiapan Direktorat Eksplorasi PHE menghadapi tantangan industri hulu migas ke depan, apalagi pemerintah memberlakukan kebijakan gross split PSC?

Ada sejumlah  tantangan yang harus kami hadapi dan siapkan solusinya. Di tengah situasi harga minyak yang rendah dan pemberlakuan gross split PSC, Direktorat Eksplorasi berupaya untuk melakukan kegiatan eksplorasi secara selektif pada target yang (a) memiliki resources yang besar; (b) memiliki impact yang cukup besar bagi pengembangan dan produksi; (c) mendukung strategi pengelolaan wilayah kerja pascaterminasi; (d) cost efficiency dengan mengintegrasikan pelaksanaan kegiatan eksplorasi di AP PHE.  Target Eksplorasi yang sifatnya quick win dilakukan untuk menopang produksi existing, seperti Sumur Boyo-1 di WMO. Sumur R2, XLLL dan S2 di Blok NSO diusulkan untuk mendukung kelanjutan pengelolaan wilayah kerja setelah mencapai economic limit-nya di 2022-2023. Sumur Galena-1 juga diusulkan untuk mendukung kelanjutan Blok Salawati pasca terminasi pada 2020.Sumur Keris-1 untuk mendorong komersialitas Blok Nunukan, dan sebagainya.

Selain itu?

Kami mesti mencari play baru dan target-target eksplorasi baru, dengan melakukan studi G&G regional dan terintegrasi antar wilayah kerja.Pada 2016 PHE bersama APH lain melakukan Studi Geologi & Geofisika (G&G) Regional Cekungan Tarakan, dan menghasilkan temuan play dan prospek-prospek baru di Blok Nunukan, Simenggaris dan sekitarnya. Pada 2017-2018 akan kembali diinisiasi Studi G&G Regional Cekungan Jawa Timur, sebagai kelanjutan dari studi yang telah dilakukan oleh UTC. Harapannya, studi ini akan bisa mengonfirmasi potensi Eksplorasi di Ngimbang dan deeper target di Blok WMO, PPEJ dan Randugunting. Konfirmasi potensi Ngimbang di Blok WMO akan memberikan harapan baru bagi masa depan blok yang menjadi salah satu tumpuan PHE ini.  Selain itu, Studi Regional Cekungan Salawati dan Sekitarnya bersama PEP diharapkan membuka potensi Eksplorasi di daerah Indonesia Timur, khususnya potensi Pre-Tertiary yang masih perlu dibuktikan.

Mungkin ada strategi lain yang disiapkan oleh Direktorat Eksplorasi PHE?

Kami berupaya mengurangi risiko subsurface dan meningkatkan success ratio eksplorasi dengan melakukan funnel review untuk semua prospek eksplorasi yang akan dibor. Funnel review campaign telah dilakukan dalam tiga tahun terakhir untuk mempercepat pematangan prospek-prospek eksplorasi. Selain itu, kami juga mendorong percepatan temuan eksplorasi (2C) ke pengembangan (P1), dengan mendorong kegiatan delineasi dan menargetkan penyelesaian PSE (Penentuan Status Eksplorasi). Pada 2016 Direktorat Eksplorasi telah menyerahkan 96 MMBOE temuan Eksplorasi ke Development, untuk selanjutnya diproses sesuai PUDW. (dr/at/es/as)