JAKARTA – Penetapan Blok Rokan sebagai salah satu wilayah kerja migas yang akan dikelola PT Pertamina (Persero) pasca 2021 akan memberikan dampak signifikan bagi perseroan. Impor minyak Pertamina yang mencapai 400 ribu barel per hari (bph) berpotensi turun 100 ribu bph

Daniel S Purba, Senior Vice President Corporate Strategic Growth Pertamina, mengungkapkan  pasca 2021 jika produksi Blok Rokan stabil di kisaran 200 ribu bph, maka ada hak kontraktor yang akan langsung diolah di dalam negeri.

“Rata-rata impor 400 ribu bph, kalau Pertamina 100% semua masuk ke dalam negeri. Produksi sekarang 200 ribu bph, itu government entitlement setengahnya. Berarti tambahan dari 200 ribu kan 100 ribu bph yang bagian Pertamina. Ya impor crude akan berkurang 100 ribu bph,” kata Daniel di Jakarta, Kamis (2/8).

Menurut Daniel,  kelebihan lainnya minyak blok Rokan adalah jenis minyaknya sesuai dengan spesifikasi minyak yang bisa diolah di kilang-kilang Pertamina. Tidak hanya Kilang Dumai, tapi juga Balongan, Plaju dan Balikpapan.

Untuk Kilang Dumai, selama ini masih mengolah minyak yang dipasok dari impor. Jika pasokan dari Blok Rokan terealisasi, maka tidak ada lagi minyak impor yang dikelola di Dumai.

“Jadi ada impor crude juga ke Dumai, tapi kalau sudah ada Rokan enggak perlu lagi impor. Kapasitasnya 125 ribu bph, jadi 100% aman itu, Dumai, Balongan, Plaju aman,” ungkap Daniel.

Menurut Daniel, Pertamina langsung  mempersiapkan masa transisi yang akan dilakukan dengan PT Chevron Pacific Indonesia. Selain itu juga dipersiapkan jika akan dilakukan strategi partnership di Blok Rokan.

“Teman-teman di hulu lagi diskusi itu, untuk menjaga produksi tetap sustain.Detailnya akan dibahas minggu ini, signing PSC segala macam,” kata Daniel.(RI)